Menabur Kebaikan
Hosea 10:12 (VMD) Taburlah kebaikan, maka kamu akan menuai kasih setia, bajaklah tanahmu, dan kamu akan menuai bersama TUHAN. Dia akan datang dan menghujani kebaikan atas kamu.
Shalom, Saudaraku... Hujan berkat kan tercurah itulah janji kudus! Hari ini kita akan belajar menabur kebaikan.
Saudaraku, apakah engkau suka berkebun dan menanam benih? Di daerah pedesaan dan pegunungan, kita sering menjumpai kegiatan berkebun. Enak sekali mata ini ketika melihat yang hijau-hijau, pohon yg rindang dan berbuah. Mereka menantikan benih yg kecil itu untuk terus berakar, berbatang, bertunas sampai berbuah. Mereka menantikan masa pertumbuhan itu sambil merawatnya. Indah sekali!!!! Kita perlu berterima kasih kepada para petani yg telah bersabar menabur, merawat dan menuai hasil panen lalu menyalurkannya bagi kita yg kini bisa memakannya. Saudaraku, kalau kita nda menabur benih buah-buahan atau tanaman sayur di rumah, oke nda papa. Firman Tuhan mau mengajak kita untuk menabur kebaikan. Menabur kebaikan berarti mau memberi, memberi dan memberi. Ini adalah tindakan kasih. Ada orang yg berbeban berat, kita beri penghiburan dan kelegaan; ada orang kekurangan, kita bantu dan berikan apa yg ia perlukan; ada orang sakit, kita doakan; ada orang tidak mengerti, kita ajarkan. Itulah menabur kebaikan! Sudahkah menabur kebaikan? Kalau sudah, ayo tabur lagi lebih banyak!
Saudaraku, kita tidak perlu menuntut hasil tuaian ketika kita menabur kebaikan. Selama kita terus merawat dan memelihara yang kita tabur, yakinlah bahwa Tuhan sudah sediakan hasil tuaian. Tuhan bukanlah pribadi yang melupakan perbuatan baik yg sudah kita kerjakan. Tuhan perhatikan setiap tindakan kita. Ingat, kasih kita kepada sesama merupakan wujud kasih kita kepada Allah. Kita akan menuai kasih setia dari Tuhan. Hasil tuaian tidak melulu berkat materi. Lebih dari itu, berkat yg indah ialah sukacita di hati, menjadi kaya dalam kemurahan dan menjadi anak-anak Allah yg berdampak. Paulus itu banyak memberi bagi banyak orang tapi dia tidak menjadi kaya raya. Tuhan tidak karuniakan berkat harta duniawi kepadanya. Yang Tuhan berikan ialah hati yg limpah dengan syukur, hati yg bersukacita di dalam penjara, hati yg damai dalam kesusahan. Bukankah lebih baik damai dalam susah daripada bertengkar dalam kemewahan? Kita perlu fokuskan berkat itu pada perkara rohani bukan perkara materi.
Saudaraku, percayalah bahwa Tuhan sanggup mencukupi kita bahkan memberi kelimpahan dalam hidup kita. Untuk apa kelimpahan diberikan kepada kita? Untuk disalurkan! Perhatikan bak mandi yang dialiri air dari keran, kalau baknya sudah penuh dan kerannya masih mengalir, maka airnya akan terbuang percuma. Malah buang-buang air. Nah, kalau kita diberi kelimpahan, jangan gunakan kelimpahan itu dengan percuma. Contohnya gimana? Memenuhi keinginan dan nafsu pribadi dengan membeli barang mewah, barang yg jarang sekali dipakai, memboroskan uang dan lain sebagainya. Bagi saya, itu seperti bak yg sudah penuh dengan air tapi airnya terbuang sia-sia. Mari kita jadi seperti sungai. Sungai itu airnya limpah sekali. Buanyak banget. Tapi air ini ga terbuang sia-sia. Air ini mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Air ini memberi manfaat bagi banyak orang. Ada yg menggunakannya untuk minum, pembangkit listrik tenaga air, mandi, wisata dan lain sebagainya. Berguna sekali. Nah, kalau kita diberi kelimpahan, kalau Tuhan curahkan hujan berkat bagi kita, maka marilah gunakan kelimpahan itu untuk memberkati orang lain, khususnya yang ada di bawah. Gunakan uang dengan bijak. Dukung pekerjaan Tuhan di pelayanan penginjilan, pengajaran, diakonia dan lain sebagainya. Apa yg kita tuai dari Tuhan, mari kita tabur lagi untuk kemuliaan Tuhan.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar
✓ Taburlah kebaikan dan taburlah lebih banyak!
✓ Hasil tuaian yang terindah ialah berkat rohani bukan berkat materi
✓ Gunakan kelimpahan yg Tahan percayakan bagi kita dengan bijaksana.
Tuhan Yesus menolong. Amin!
Kutipan
Taburlah kebaikan maka engkau akan menuai kasih setia. Setelah menuai, tabur lagi lebih banyak
22-05-2021
RP
Komentar
Posting Komentar