HARUS BERANI
(Amz 20:26) Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka berulang-ulang.
Shalom, Saudaraku.. Apa kabarnya hari ini? Kiranya sukacita tetap melimpah dalam hidup kita ya..
Saudaraku, seorang raja identik dengan pemimpin. Nah, pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang mengenal orang-orang fasik. Kenapa mesti mengenal orang-orang fasik? Karena mereka adalah potensi bahaya bagi suatu negara. Perlu penanganan, ga boleh dibiarin dan ga boleh dianggap sepele. Orang seperti itu harus segera dididik, ditegur, atau dihajar. Pemimpin yang memanjakan dan membiarkan orang fasik adalah raja yang melakukan kesalahan besar dan membuka ruang bagi suatu kehancuran bagi negaranya. Kita harus belajar mengenali potensi bahaya, di mana pun kita berada. Di sekolah pun ada anak-anak yang bandel dan nakal. Kalau guru-guru nda bisa mengenal anak-anak ini, maka mereka akan liar dan memberi citra buruk dari sekolah tersebut. Saya melihat anak-anak sekolah SMP juga SMA sudah merokok di jalan memakai seragam. Pulang sekolah sudang nongkrong lalu merokok. Mereka bikin malu sekolah, mereka mencemarkan nama baik sekolah. Maka guru-guru harus tegas, harus didik mereka dan ajar mereka bahkan perlu ada yang dihajar supaya mereka bertobat dan berubah jadi lebih baik.
Saudaraku, seorang pemimpin tidak hanya bekerja dengan kasih tetapi harus juga dengan keadilan. Keadilan ini perlu keberanian. Ya, keberanian dalam menghajar orang-orang yang licik, curang, jahat, bandel, dan malas. Tidak mudah menegur, menggertak, mengeritik dan mengecam orang-orang fasik. Butuh keberanian yang besar. Orang yang berani menegur dan mengecam orang jahat pasti akan dapat perlawanan, pasti akan dapat ancaman balik. Pemimpin harus berani ambil resiko sebab banyak orang yang akan menentang keadilan dan kebenaran. Orang-orang fasik itu tega dan nekat. Tak heran banyak orang takut menegur dan mengecam orang jahat. Kita tahu bahwa kita harus menegur dan menghajar orang jahat tetapi kita takut, kita gentar. Inilah tantangannya. Makanya ga banyak orang yang bisa tampil sebagai pemimpin, sedikit orang yang layak menjadi pemimpin. Kenapa? Karena tantangannya begitu berat, yaitu berani menegakkan keadilan, mengungkap kejahatan dan menghajar orang fasik.
Saudaraku, saya ingin jadi pemimpin tetapi mental saya belum siap jadi pemimpin. Baru-baru ini saya sedang mengikuti upacara pelepasan Purnabakti pegawai di kantor. Para atasan sedang berbicara di depan tetapi sekelompok orang ngobrol dan berisik. Mereka seolah bikin acara sendiri. Kata hati ingin menegur, mengatakan bahwa kita harus fokus ke depan dan simak apa yang disampaikan oleh atasan. Namun perasaan saya takut menegur karena merasa saya hanyalah pegawai biasa, masa saya tegur manajer. Ya, yang ngobrol sendiri dan berisik itu manajer. Saya pun menilai bahwa dengan berisik, para manajer ini tidak memberi contoh yang baik bagi para anggota timnya. Nah, dari ayat ini, saya jadi belajar bahwa kalau mau jadi pemimpin, saya harus berani menegur sekalipun yang ditegur itu punya jabatan yang lebih tinggi dari kita. Penekanannya haruslah pada menyatakan kebenaran. Kalau kita benar, maka siapapun yang salah wajib kita tegur sekalipun itu atasan kita sendiri. Saya masih amat sangat perlu belajar untuk berani menegur yang salah. Kita pun harus berani supaya kita juga bisa jadi teladan dan contoh bagi orang lain supaya mereka juga berani menyatakan kebenaran.
Puji TUHAN, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu
1. Saya mau mengenal orang-orang fasik supaya bisa segera menangani potensi bahaya yang bisa terjadi.
2. Saya mau menjadi pemimpin yang berani menegur dan menghajar orang fasik.
3. Saya mau melatih diri untuk berani menyatakan kebenaran kepada orang yang berlaku salah.
Tuhan Yesus menolong kita. Amin.. 😃🙏😇
Kutipan
Pemimpin yang berkualitas ialah mereka yang mengenal orang fasik, menegur dan menghajar mereka.
31-08-2024
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar