Menjadi Hamba
Markus 10:43-44 (VMD) Tidaklah demikian pada kamu, jika ada di antara kamu yang mau menjadi orang besar, ia harus menjadi hambamu. Jika salah seorang dari kamu mau menjadi nomor satu, ia harus menjadi hambamu.
Shalom, Saudaraku! Inilah yg ku punya hati sebagai hamba, yang mau taat dan setia pada-Mu, Bapa. Hari ini kita akan belajar menjadi hamba
Saudaraku, kita tahu bahwa Yesus Kristus adalah Raja di atas segala raja. Pernahkah kita melihat raja seperti seorang hamba dan pelayan? Yg ada, umumnya raja itu dilayani, banyak hambanya, banyak budaknya. Dia memberi perintah, menyuruh dan memberi komando. Mana ada raja tidur di dalam perahu, mengajar di atas perahu dan bantu orang sana sini untuk menyembuhkan mereka. Yg kita tahu, hanya Yesus yg lakukan itu. Tuhan Yesus adalah Raja paling baik yg pernah ada. Sekalipun Dia Raja, tapi Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Lahirnya tidak di istana. Waktu masih bayi, ia terbaring dalam palungan, tempat makan ternak, bukan di kasur empuk yg ada pegasnya. Coba bayangkan benar-benar, refleksikan, ada loh Raja di atas segala raja mau jadi hamba. Seorang raja yg turun jabatan jadi menteri pun belum tentu mau, jadi kepala dinas ga mau, jadi direktur perusahaan ga mau, jadi staff di kantor ogah, apalagi jadi hamba. Tapi Yesus mau jadi hamba. Sungguh mulia!
Saudaraku, yang terbesar bukanlah yg jago, yg pinter, yg hebat, yg ahli atau yang punya banyak prestasi. Bukan itu. Itu salah. Ternyata yg terbesar itu yg jadi hamba. Ini ga masuk akal pikiran kita sebagai manusia yg hidup di dunia ini. Dalam struktur perusahaan, hamba itu ya di bawah, yg terkecil, yg tidak penting. Tapi ingat, itu struktur yg dunia bangun. Yang Yesus bangun berbeda dengan yg dunia bangun. Tuhan Yesus tetap menetapkan bahwa yg terbesar itu adalah orang-orang berhati hamba. Super sekali! Apakah bos bisa jadi seorang hamba? Apakah direktur bisa jadi hamba? Apakah presiden bisa jadi hamba? Apakah saudara bisa jadi hamba? Jawabannya bisa! Raja di atas segala raja aja Isa jadi hamba, apalagi kita jauh di bawah Kristus. Kita sangat bisa jadi hamba. Jadi, apapun profesi kita, level dan jabatan kita, kita harus punya hati hamba, yang mau melayani sesama, yg mau mengutamakan kepentingan orang lain, yg mengasihi mereka dengan hati tulus dan hormat. Bagi Yesus, itulah yg terbesar.
Saudaraku, kita ini manusia golongan orang sombong. Kita yg posisinya ga seberapa seringkali ga sudi jadi hamba atau jadi pelayan. Kita maunya dilayani. Kita bermental bos. Kita seringkali gengsi berada di bawah. Kita gengsi kita melayani orang lain. Kita takut dibilang rendahan, ga punya kedudukan dan orang yg remeh. Untuk menjadi hamba, kita harus tinggalkan yg namanya gengsi. Gengsi berkaitan dengan menyangkal diri. Yesus itu mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa sebagai hamba. Kita pun perlu lakukan itu. Caranya gimana? Ya menyangkal diri. Mungkin saat ini kita pemimpin, tapi mulailah sangkal diri. Saya tidak layak jadi pemimpin, saya mau jadi hamba. (Saya berharap kita memahami konteksnya ya). Siapapun kita, belajarlah kosongkan diri dan mengambil rupa sebagai hamba. Oo, kita jadi yg terkecil dan paling payah dong? Kelihatannya begitu, tapi kita mau cari perkenanan siapa? Manusia atau Tuhan? Kalau Tuhan memandangnya beda. Justru hamba-hamba inilah yg Tuhan angkat, Tuhan tinggikan dan Tuhan katakan yg terbesar. Maka, jadilah hamba.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar
✓ Raja di atas segala raja mau menjadi pelayan, mau menjadi hamba.
✓ Bagi Yesus, yang terbesar bukanlah yg punya jabatan atau posisi tinggi melainkan yang mau jadi hamba.
✓ Sangkal diri, kosongkan diri dan mari mengambil rupa sebagai hamba.
Tuhan Yesus membantu kita. Amin!
Kutipan
Bagi dunia, hamba adalah golongan kelas bawah tapi bagi Yesus hamba adalah yg terbesar.
12-06-2021
RP
Komentar
Posting Komentar