Jangan Jauhi Temanmu
Ayub 19:19 (VMD) Semua sahabat karibku membenci aku. Bahkan kekasihku berbalik melawan aku.
Shalom, Saudaraku... Tuhan Yesus setia, Dia sahabat kita.
Shalom, Saudaraku... Apa yg dialami oleh Ayub sangatlah berat. Ia menderita materi, fisik dan juga psikis. Nah, seringkali faktor materi dan fisik berdampak pada psikis. Harga Ayub ludes, fisik Ayub begitu memperihatinkan. Ini yg membuat Ayub ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya. Sahabat karibnya jadi membenci Ayub, isterinya sendiri pun melawan Ayub. Lengkap sudah penderitaan Ayub. Saudaraku, seringkali kita menjauhi orang lain karena udah ga ada yg bisa diharapkan dari orang itu. Kita jadi membenci seseorang karena dia jatuh miskin dan sakit-sakitan. Perenungannya, apakah itu berkenan bagi Allah? Tentu tidak! Kita harus jadi teman di masa suka dan duka, senang dan sedih. Alkitab dengan jelas memerintahkan agar kita bersukacita dengan orang yg bersukacita dan menangis dengan orang yg menangis. Apa yg Ayun alami justru sebaliknya. Orang-orang yg ada di dekatnya malah berubah. Ketika Ayub sedih karena menderita, mereka menjauh bahkan menghakimi Ayub. Jangan jadi model orang seperti itu. Justru di saat susahlah keberadaan kita sangat diperlukan oleh teman kita.
Saudaraku, apakah kita memilih teman karena harta dan tampangnya? Kita perlu belajar untuk berteman dengan siapa saja. Jangan memandang muka dalam memilih teman. Lihat karakternya. Itu yg lebih utama. Hal lainnya ialah kita ga boleh kayak teman-teman Ayub yg menganggap bahwa orang yg menderita dan sengsara itu sedang dihukum Allah, sedang menerima kutuk. Saya pernah singgung ini beberapa bulan yg lalu, yaitu tenteng teologi retribusi yg menyatakan bahwa kalau baik ya dapet berkat, kalau jahat ya kena kutuk. Dalam kisah Ayub, kesengsaraannya bukan disebabkan oleh hukuman Tuhan tapi untuk menguji Ayub. Paulus pun dipenjara bukan karena dia orang jahat tapi karena dia beritakan Injil. Jadi banyak orang benar alami penderitaan bukan karena hukuman atau kutuk tapi karena Tuhan izinkan ujian terjadi dalam hidup mereka dan memurnikan mereka. Kalau kita punya anggapan seperti teologi retribusi, wah itu bahaya, bisa-bisa kita jadi mudah sekali menghakimi orang lain. Itulah yg terjadi pada sahabat-sahabat Ayub. Mereka menghakimi Ayub karena kesengsaraan yg dialaminya. Saudara, ketika orang alami kesengsaraan dan kesulitan dalam hidupnya, jangan sembarangan sebut dia banyak dosa, sedang alami kutukan atau perkataan menyakitkan lainnya.
Saudaraku, kita tahu bahwa pada akhirnya Ayub mengakui dosanya dan mengakui kedaulatan Tuhan. Akhirnya Ayub dipulihkan oleh Tuhan. Nah, kita yg saat ini alami pergumulan berat pun harus sadar bahwa ada waktunya Tuhan akan memulihkan keadaan kita. Yg terpenting ialah kita melakukan bagian kita untuk tetap hidup dalam kebenaran. Jangan hidup dalam dosa mengeluh yg berlarut-larut, menyalahkan Tuhan dan membenci Tuhan. Jangan, jangan pernah! Sebaliknya, akuilah dosa kita, akui kedaulatan Tuhan dan percayalah bahwa Tuhan akan menolong dan memulihkan kita. Tuhan itu baik sekali! Sekalipun kita dulunya pernah putus asa, pengen mati aja dan menyerah, ketahuilah bahwa tidak ada yg mustahil bagi Allah. Dia sanggup ubah sampah jadi bernilai, ubah kerikil jadi batu permata. Tuhan itu ahlinya ahli kalau soal pemulihan. Percayalah kepada-Nya!
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar
✓ Di saat susahlah keberadaan kita sangat diperlukan
✓ Jangan hidupi teologi retribusi sebab kita akan sembarangan menghakimi orang lain
✓ Akui dosa kita dan akui kedaulatan Tuhan atas hidup kita
Tuhan Yesus menopang kita. Amin! 😊😇💫
Kutipan
Jangan menjauh ketika temanmu sengsara. Tolonglah dia, kasihi dia!
27-10-2021
RP
Komentar
Posting Komentar