Ditinjau dari Sudut Waktu
Ibrani 5:12 (TB) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
Shalom, Saudaraku.. Sebuah lagu berkata, "Firman Tuhan ada di hatiku, ada di langkahku, ada di hidupku dan terus bertumbuh sirami jiwaku."
Saudaraku, banyak dari antara kita sudah dewasa dari sudut usia tapi dari sudut sikap dan pengetahuan, sudahkah kita dewasa? Tua itu pasti tapi dewasa itu pilihan. Ada yang sudah usia makin tua tapi kelakuan masih kayak kanak-kanak, pengetahuan masih kayak bayi. Tentu ini menunjukkan pertumbuhan yang buruk, yang sangat kurang gizi dan kurus sekali. Makin hari kita harusnya makin suka firman, makin cinta firman, dan makin dikuasai oleh firman. Hidup tanpa firman mencerminkan seseorang itu masih bayi rohani atau masih kanak-kanak rohani. Dalam mengambil keputusan, apakah kita melibatkan Tuhan? Coba dipikir, coba direnungkan. Kalau kita asal ambil keputusan dan cuma pake pertimbangan pikiran dan perasaan doang tanpa unsur roh, maka kita jauh dari manusia rohani, jauh dari dewasa rohani. Kita masih bayi, masih kanak-kanak. Itu memprihatinkan sekali.
Saudaraku, banyak di antara kita harusnya udah jadi pengajar kalau diliat dari sudut waktu tapi nyatanya kita belum jadi pengajar. Minimal kita harusnya jadi pengajar dalam keluarga. Orang tua wajib banget beri pengajaran firman buat anak-anaknya. Pengajaran firman utama bukan di gereja, bukan di sekolah minggu, bukan di seminar tapi di rumah dan diberikan oleh papa dan mama. Tanggung jawab papa dan mama ialah mengajar firman untuk anak-anaknya. Keluarga Kristen harus melek, harus buka mata lebar-lebar, buka telinga lebar-lebar, buka mulut dan buka hati selebar-lebarnya agar pengajaran firman Tuhan dapat disampaikan bagi keluarga. Miris sekali kalau dalam keluarga ga ada pengajaran firman. Sungguh ini memilukan. Kalau kita bukan orang tua gimana? Misal seperti saya sebagai abang bagi adik saya atau ada yg jadi kaka, maka kita pun berperan mendidik dan mengajar adik kita atau bahkan kaka kita yg lebih tua usianya. Yang mengajar bukanlah yang tua umurnya tapi siapa yg dewasa rohani. Meski usia lebih muda dari kakaknya, asal yg muda ini lebih dewasa rohani, maka haruslah si adek mengajar kakanya yg belum dewasa rohani. Sungguh kita harus jadi pengajar, minimal dalam keluarga, selebihnya mari melayani di sekolah minggu, di lingkungan kerja, tetangga dan sebagainya.
Saudaraku, kalau pun kita sudah rutin mendengar firman Tuhan, maka jangan cuma pengajaran dasar yg kita kunyah. Itu kan konsumsinya bayi rohani dan kanak-kanak. Ibarat gini deh, anak kelas 3 SMA diajarin penjumlahan 2+2 dan 10+10, ya tentu itu gampang banget. Itu bukan levelnya anak 3 SMA. Itu dasar banget. Nah, orang yg dewasa rohani pun tidak boleh hanya tau bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Dasar itu memang harus terus dipegang tapi dia harus terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Salah satunya, Yesus adalah Imam Besar. Bayi rohani ga akan tahu kebenaran ini tapi orang yg dewasa rohani musti tau. Kanak-kanak mungkin hanya tahu kisah Adam dan Hawa tapi ga tahu kisah Hosea. Nah, orang yg dewasa rohani mesti tau kisah Hosea. Kita harus mengenal firman Tuhan lebih dan lebih lagi. Banyak orang ga menelusuri kelimpahan firman Tuhan padahal kalau digali secara mendalam, firman Tuhan ga akan kehabisan harta karun. Makin digali kebenarannya, makin limpah berkat dan kelimpahannya. Makanya mari kita makin mendalami dan mengalami firman Tuhan.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar
☆ Orang yang tidak hidup berdasarkan firman adalah bayi dan kanak-kanak rohani
☆ Mari jadi pengajar firman minimal dalam keluarga
☆ Teruslah menggali dan mengalami kebenaran firman Tuhan yg begitu limpah
Tuhan Yesus mengasihi kita. Amin 🤍💫😇
Kutipan
Dari sudut waktu, sudah seharusnya kita menjadi dewasa rohani, salah satu penerapannya ialah menjadi pengajar dalam keluarga.
17-10-2022
RP
Komentar
Posting Komentar