BUDAK VS ANAK
(Amz 17:2) Budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu.
Shalom, Saudaraku… Sebuah lirik lagu berkata, “Inilah yang ku punya hati sebagai hamba, yang mau taat dan setia pada-Mu, Bapa.”
Saudaraku, budak dan anak punya kedudukan yang jauh berbeda. Anak pasti memperoleh kasih dari seorang ayah sedangkan budak akan mendapat perlakuan yang berbeda. Ada ikatan darah dan daging antara ayah dan anaknya tetapi hanya ada hubungan kerja saja antara tuan dan budak. Namun menarik sekali, Alkitab membandingkan budak dan anak. Dalam suatu bisnis keluarga, seringkali yang dijadikan penerus atau suksesor sebagai direktur adalah anaknya sendiri. Seorang ayah akan mempersiapkan anaknya untuk menjadi bos di Perusahaan sebelum akhirnya ia akan pensiun. Namun hal itu akan sulit apabila sang anak punya karakter yang buruk, jahat dan berontak. Anak yang demikian hanya akan membuat malu keluarga dan menghancurkan bisnis keluarga. Beberapa Perusahaan runtuh ketika generasi ke-2 melanjutkan usaha ayahnya. Anak yang begitu membawa sengsara, kepedihan dan aib yang memalukan bagi keluarga.
Saudaraku, jadilah pekerja dan karyawan yang baik, bekerja dengan hati dan tunduk kepada atasan. Kita harus bekerja dengan karakter yang unggul dan miliki kerajinan. Pekerjaan yang kita lakukan bukan sekadar wadah bagi kita untuk mencari uang dan mendapat gaji tetapi lebih dari itu, kita mau membawa manfaat, kebaikan dan dampak positif buat tempat kita bekerja. Kita harus punya rasa memiliki sehingga kita bisa bekerja dengan sepenuh hati. Seorang gembala upahan akan meninggalkan kambing dombanya ketika ada serigala atau singa hendak menyerang tetapi Daud yang empunya kambing domba tidaklah demikian. Ia menghajar singa dan beruang yang hendak menerkam kambing dombanya. Inilah mental seorang yang memiliki. Meskipun kita hanyalah karyawan, bukan seorang anak yang menjadi ahli waris, kita harus tetap memiliki hati yang memiliki sehingga kita bisa melakukan yang terbaik, memberi yang terbaik dan mendedikasikan yang terbaik.
Saudaraku, ada beberapa karyawan yang dipercaya lebih besar ketimbang anaknya sendiri. Alasan utamanya adalah karakter. Karakter anaknya buruk sehingga tidak bisa dipercaya sedangkan karakter budaknya bagus sehingga bisa dipercaya. Kita tahu bahwa Yusuf pun dulunya menjadi budak dan dia dipercaya oleh tuannya. Bahkan seisi rumah Potifar ada di dalam kuasa Yusuf. Orang yang bekerja dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan justru akan mendapatkan imbalan yang besar tetapi orang yang mengharapkan imbalan dan fokus mengejarnya justru tidak akan mendapatkannya. TUHAN juga tahu siapa yang perlu Ia berkati dan siapa yang tidak. Hendaklah kita bekerja dengan sungguh-sungguh seolah kita ahli waris. Seperti Eliezer, hamba dari Abraham yang bekerja dengan baik dan bagus sehingga Abraham hendak mewariskan segala harta yang ia miliki kepadanya.
Puji TUHAN, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu
1. Saya tidak mau membawa aib dan rasa malu terhadap keluarga saya.
2. Saya tidak mau memiliki mental seorang upahan tetapi mental seorang yang memiliki seperti seorang ahli waris.
3. Saya mau menjadi hamba yang baik, tidak fokus mengejar imbalan tetapi fokus memberi dampak yang terbaik.
Tuhan Yesus mengasihi kita. Amin… 😃😇😊
Kutipan
Aib bagi keluarga ialah ketika anak hidup jahat dan buruk tetapi kebanggaan besar ialah ketika seorang budak rdipercaya lebih dari seorang anak
13-06-2024
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar