TEGAKKAN KEADILAN

(Amz 17:15) Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN.


Shalom, Saudaraku… Sebuah lirik berkata, “Ku ikut kehendak-Mu, ku perlu anugerah-Mu, 


Saudaraku, keadilan adalah sesuatu yang melekat di dalam diri Allah dan Ia ingin kita juga menegakkan keadilan. Bahkan bukan hanya Allah yang menekankan hal ini, negara kita pun menyatakan keadilan sosial sebagai poin dalam dasar negara kita. Keadilan itu tidak memihak dan berat sebelah. Keadilan itu menyatakan sikap yang benar dan perlakuan yang tepat kepada orang berdasarkan karakter dan perbuatannya. Kita harus benar dalam bersikap, adil dalam berbuat sehingga mendatangkan berkat buat orang lain. Allah pun kelak dalam penghakiman terakhir akan mengadili semua orang. Ia akan menjadi Hakim yang adil dan tidak ada satu pun yang diadili berat sebelah. Tak ada satu pun sanggup menyogok dan memberi hadiah untuk meringankan hukuman yang patut ia terima. Tak ada seorang pun bisa kabur. Ketika kita diadili oleh Allah, apakah kita sudah siap?


Saudaraku, kita sering melihat fenomena putusan hakim yang seolah tidak adil. Kita melihat penegak keadilan justru tidak berpihak pada kebenaran tapi malah justru bisa dikendalikan oleh uang. Sungguh miris dan memprihatinkan. Ada orang benar disalahkan tetapi orang salah dibenarkan. Bagaimana hati nurani kita..? Kalau kita hidup di dalam TUHAN, pasti hati nurani kita akan gelisah, gundah gulana dan ingin sekali mengungkap kebenaran serta menegakkan keadilan. Kita sudah tahu mana yang baik dan yang jahat oleh sebab itu kita punya naluri untuk menegakkan keadilan. Putusan kepada Tuhan Yesus pun menyatakan ketidakadilan dalam putusan Pontius Pilatus dan suara rakyat. Saat itu ada penyamun yang jahat yakni Barabas dan ada Tuhan Yesus yang memberitakan kabar baik. Namun orang Yahudi berseru dan mendesak agar Pilatus menyalibkan Yesus dan membebaskan Barabas. Aneh, bukan? Pilatus pun tidak bisa mengambil keputusan yang adil. Ia justru membiarkan orang Yahudi yang membuat keputusan padahal ia sendiri adalah seorang gubernur yang berkuasa ambil keputusan. Desakan, uang dan rasa benci bisa membuat keadilan memudar.


Saudaraku, bagaimana penerapannya di rumah? Seringkali kita juga melakukan ketidakadilan. Saya ambil contoh sederhana ya… Misal anak kita yang masih kecil bermain lalu kepalanya kepentok ujung meja. Anaknya menangis lalu orang tua mengajar anak untuk pukul meja dan menyalahkan meja. Meja yang salah, bukan anaknya yang salah. Saat ini pun banyak orang tua terlalu memanjakan anaknya. Ketika anaknya salah, yang disalahkan adalah orang lain. Apakah ini adil? Seorang anak tidak mengerjakan PR dari sekolah. Kemudian anak ini ditegur oleh gurunya. Anaknya mengadu kepada orang tuanya. Kemudian orang tua tidak terima anaknya ditegur. Yang terjadi adalah orang tuanya marah-marah ke guru tersebut, tidak terima anaknya ditegur apalagi dihukum. Guru mau bersikap adil tetapi orang tua yang memanjakan orang tuanya bertentangan dengan sikap guru. Kalau orang tua tidak bisa menerapkan keadilan bagi anaknya, maka anaknya akan manja, suka memberontak dan jadi pribadi yang lemah. Ia tidak bisa bertahan di dunia yang begitu keras. Maka mari kita didik anak kita dengan adil, mari bersikap adil dalam keluarga kita sendiri.  


Puji TUHAN, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu 

1. Saya mau menegakkan keadilan sebab itu adalah karakter yang melekat dalam diri Allah. 

2. Saya tidak mau mengambil keputusan dengan tidak adil. 

3. Saya mau bersikap adil dan tidak mau menentang keadilan.

Tuhan Yesus menopang kita. Amin…  😃😇


Kutipan

Bersikaplah adil, jangan benarkan yang salah dan jangan salahkan yang benar.


23-06-2024

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

Keuntungan Hidup

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN