MARAH DAN BAIK HATI
(Amz 19:12) Kemarahan raja adalah seperti raung singa muda, tetapi kebaikannya seperti embun yang turun ke atas rumput.
Shalom, Saudaraku…. Di mana pun kita berada, TUHAN mau kita jadi berkat dan jadi terang. Amin…!!!
Saudaraku, raja itu bisa marah tapi bukan berarti raja itu tukang marah-marah. Kemarahan raja itu dibalut dengan hikmat dan bijaksana. Ia tidak akan sembarang marah tetapi ia tahu mengapa ia harus marah. Pasti ada maksud dan tujuan yang baik di balik kemarahannya. Tuhan Yesus pun pernah marah ketika Bait Suci dijadikan tempat berdagang. Ia bahkan membalikkan meja para pedagang di sana. Tuhan Yesus marah karena seharusnya Bait Suci menjadi rumah doa bukan tempat berdagang apalagi dengan menaikkan harga berlipat kali ganda dan ada proses perdagangan yang licik. Tuhan marah, Tuhan menegur mereka dengan keras. Ya, kita pun perlu marah dalam situasi tertentu. Kita harus minta hikmat TUHAN agar bisa marah di situasi dan kondisi yang tepat. Kita marah supaya ada efek jera, ada teguran yang masuk sampai ke relung hati dan ada pertobatan. Marah bukan ajang untuk menunjukkan kita lebih hebat dan lebih galak dari orang-orang. Marah bukan menandakan kita mau jadi sok jagoan. Marah itu untuk mendatangkan kebaikan.
Saudaraku, guru matematika saya waktu SMP dikenal sebagai “guru killer”, artinya beliau itu galak dan suka marah. Namun ada kalanya beliau juga baik. Wah, kalau beliau bersikap baik kepada para murid, maka kebaikannya itu seperti embun yang turun ke atas rumput, sungguh adem, enak dan segar. Ya, kita pasti merasakan suasana yang hangat dan indah ketika orang yang kerap kali marah dan tegas tetapi di sisi lain bisa menunjukkan kebaikan hati dan kelemah lembutan. Sungguh kita harus memiliki sisi yang membawa kehangatan dan keindahan dalam menjalin hubungan. Jangan jadi orang yang kaku, yang terus menjadi figur galak dan suka marah. Jadilah pribadi yang juga lemah lembut, yang baik hati dan peduli. Hal itu akan sangat menyentuh hati orang lain. Kita akan memiliki citra diri yang positif di mata orang lain dan kita bisa jadi cerminan yang baik bagi banyak orang.
Saudaraku, penting bagi kita untuk seimbang dalam segala hal. Jangan memegang ekstrem galak atau ekstrem lemah lembut. Ya, jangan sampai kita galak tanpa kelemah lembutan. Jangan juga kita terlalu lemah lembut, terlalu lembek sehingga tidak punya ketegasan. Jangan berat sebelah. Kita harus menganut keadanya, yaitu tegas sekaligus lemah lembut. Kalau marah, maralah dengan maksud dan tujuan yang benar. Bukan untuk melampiaskan kekesalan dan membalaskan dendam. Ketika lemah lembut, jangan lakukan itu untuk cari perhatian dan simpati dari orang lain. Jangan gunakan kebaikan hati untuk kompromi terhadap kesalahan orang lain yang harusnya ditegur dan diperbaiki. Nyatakan kebaikan hati dan kelemah lembutan kita di momen yang tepat dan sesuai. Misal ketika orang meraih prestasi, kita mau memuji dia dan tidak bersikap cuek. Saat ia sakit, kita mendoakan dia dan memberi semangat baginya, bukan bersifat apatis. Mari kita seimbang dalam ketegasan juga kebaikan hati.
Puji TUHAN, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu
1. Saya mau minta hikmat TUHAN agar ketika saya marah, saya memahami ada maksud dan tujuan yang baik di balik kemarahan itu.
2. Saya mau memiliki kebaikan hati dan kelemah lembutan dalam menjalin relasi dengan orang lain,
3. Saya mau memiliki keseimbangan dalam mengelola ketegasan dan kebaikan hati.
Tuhan Yesus menopang kita. Amin.. ๐๐๐
Kutipan
Engkau boleh marah ketika ada yang perlu ditegur dengan keras dan engkau harus menyatakan kebaikan hati untuk orang yang layak memperolehnya.
26-07-2024
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar