RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN
(Amsal 27:2) “Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri.”
Shalom, Saudaraku... Apa kabarnya hari ini? Kiranya kasih dan damai Tuhan selalu menyertai kita dalam setiap langkah hidup kita.
Saudaraku, ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati. Alkitab menasihati kita untuk tidak memuji diri sendiri, melainkan membiarkan orang lain yang melihat dan mengakui perbuatan baik kita. Sikap suka membanggakan diri dapat menjadikan kita sombong dan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Kita harus sadari bahwa memuji diri sendiri merupakan tindakan yang tidak patut dan tidak elok. Kita harus memiliki kepekaan bahwa hal itu mirip seperti Lucifer. Ya, Lucifer memegahkan diri dan memuji dirinya sendiri sehingga timbul kesombongan yang memicu dia untuk menyamai Yang Mahatinggi. Kesombongan itu yang membuat Lucifer diusir dari surga dan ia menjadi mahluk yang penuh dusta dan kehinaan. Maka jangan pernah memuji diri hebat, bagus, cantik, tampan, kaya raya, sukses dan yang sejenis dengan itu. Jangan gila hormat dan haus pujian. Itu adalah karakter Iblis. Kita harus jauh dari karakter Iblis.
Saudaraku, Yesus sendiri memberikan teladan dalam hal ini. Meskipun Dia adalah Anak Allah, Dia tidak pernah meninggikan diri, tetapi justru merendahkan diri-Nya dan membiarkan orang lain melihat pekerjaan Tuhan dalam hidup-Nya. Rasul Paulus juga mengingatkan kita dalam 2 Korintus 10:18, "Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan." Karena itu, kita harus melakukan pekerjaan dan tindakan yang baik, benar dan mulia. Biarkan hidup kita yang berbicara tentang diri kita, bukan mulut kita. Orang yang memuji diri dengan mulutnya sendiri adalah sombong tetapi orang yang memberi kesaksian hidup melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya yang baik adalah orang yang rendah hati. Ia tidak pernah mau menyombongkan diri tetapi selalu rendah hati. Ketika ia dipuji, maka ia akan meresponsnya dengan berkata, puji TUHAN. Ia tidak mau menerima pujian karena menyadari bahwa dirinya hanya manusia yang hina dan cacat namun beroleh anugerah yang besar dan mulia dari TUHAN sehingga ungkapan puji TUHAN yang selalu ia nyatakan ketika ia dipuji.
Saudaraku, mari kita renungkan: Apakah kita sering merasa perlu untuk membuktikan diri dengan kata-kata kita sendiri? Apakah kita lebih mencari pengakuan dari manusia atau dari Tuhan? Jika kita melakukan sesuatu dengan tulus dan benar, orang lain akan melihatnya, dan yang lebih penting, Tuhan sendiri yang akan menghargai kita. Saya juga belajar dari pengalaman pribadi. Kadang saya merasa ingin orang lain tahu apa yang telah saya capai atau lakukan. Tetapi kemudian saya sadar, bahwa penghargaan sejati bukanlah dari pujian manusia, melainkan dari Tuhan sendiri. Ketika kita melakukan sesuatu dengan hati yang tulus tanpa mencari pujian, kita justru akan dihargai lebih banyak oleh orang lain. Kita tidak boleh gatal untuk memuji diri sendiri. Biarkan karakter dan prestasi kita saja yang bicara. Biarkan TUHAN berkarya melalui diri kita sehingga TUHAN yang dimuliakan.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu:
1. Saya mau melakukan yang terbaik tanpa perlu membanggakan diri.
2. Saya mau membiarkan orang lain yang melihat dan menilai perbuatan saya.
3. Saya mau lebih mencari perkenanan Tuhan daripada pujian manusia.
Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita untuk selalu hidup dalam kerendahan hati dan melakukan segala sesuatu dengan tulus bagi kemuliaan-Nya. Amin. ππ
Kutipan:
"Orang yang sungguh hebat tidak perlu membuktikan dirinya dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatannya."
10-02-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar