KEPEMIMPINAN YANG BIJAKSANA
(Amsal 28:16) "Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya."
Shalom, Saudaraku... Semoga damai Tuhan menyertai kita semua.
Saudaraku, kepemimpinan yang buruk sering kali berakar dari ketidaktahuan dan keserakahan. Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa pemimpin yang tidak berpengertian akan menindas dengan keras. Mengapa? Karena ia tidak memiliki hikmat, tidak memahami kebutuhan rakyatnya, dan hanya mementingkan diri sendiri. Sebaliknya, pemimpin yang membenci kecurangan dan ketidakadilan akan mengalami umur panjang—bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam reputasi dan dampaknya bagi generasi selanjutnya. Pemimpin yang tidak berakal budi sangatlah merugikan. Ia menjadi petaka bagi rakyatnya, bagi setiap orang yang dipimpinnya. Dalam keluarga, saya berharap tidak ada kepala keluarga yang jahat dan keji. Saya juga berharap pemimpin kantor kita tidak kejam dan licik.
Saudaraku, dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak menjadi pemimpin besar dalam pemerintahan, tetapi kita semua memiliki tanggung jawab dalam lingkup kepemimpinan masing-masing: di keluarga, pekerjaan, gereja, atau komunitas. Kepemimpinan yang baik selalu didasarkan pada keadilan dan kebenaran, bukan pada keuntungan pribadi. Pemimpin di pekerjaan, gereja dan komunitas biasanya dipilih berdasarkan reputasi dan karakternya yang baik sehingga sebagian besar memiliki pengertian yang mumpuni dan mereka sanggup memimpin dengan baik. Tapi di masa lalu, seringkali pemimpin suatu kerajaan dipilih dari jalur keturunan sehingga kalau keturunannya jahat, maka pemimpinnya pun jahat, tidak berpengertian dan mengancam kesejahteraan rakyat.
Saudaraku, mari kita renungkan: Apakah saya sudah menjadi pemimpin yang bijaksana dan adil? Ataukah saya hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa peduli pada orang lain? Saya pribadi belajar bahwa kepemimpinan yang sejati adalah tentang melayani, bukan menguasai. Kita harus mengikuti teladan Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah Raja di atas segala raja tetapi Ia mau melayani, mau mengosongkan diri bahkan mengambil rupa sebagai hamba. Ia bahkan mati di atas kayu salib demi menyelamatkan umat manusia. Ini adalah teladan yang sangat agung dan mulia dari seorang pemimpin sejati. Maka kita harus ikuti teladan Tuhan Yesus supaya kita bisa menjadi pemimpin yang TUHAN kehendaki.
Puji Tuhan, hari ini kita belajar 3 hal:
1⃣. Saya mau menjadi pemimpin yang memiliki pengertian dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
2⃣. Saya menolak segala bentuk ketidakadilan dan kecurangan dalam kepemimpinan.
3⃣. Saya percaya bahwa hidup dalam integritas akan membawa berkat bagi saya dan orang-orang di sekitar saya.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk menjadi pemimpin yang penuh hikmat dan keadilan. Amin. 🙏😊
Kutipan:
"Pemimpin yang baik bukanlah yang paling berkuasa, tetapi yang paling berintegritas."
21-03-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar