DEBAT TANPA ARAH
(Amsal 29:9, TB) "Jika orang bijak beperkara dengan orang bodoh, orang bodoh ini mengamuk dan tertawa, sehingga tak ada ketenangan."
Shalom, Saudaraku… Semoga kasih dan hikmat dari Tuhan Yesus menyertai kita hari ini.
Saudaraku, dalam hidup ini kita pasti pernah menemui orang yang sulit diajak berdiskusi dengan sehat. Ketika orang bijak mencoba menyampaikan kebenaran, orang bodoh justru merespons dengan emosi atau cemooh. Ayat ini menunjukkan bahwa orang bodoh tidak mau mendengar dan tidak tertarik pada kebenaran. Dia lebih suka menyerang secara emosional atau malah menertawakan hal yang serius. Akibatnya? Tidak ada ketenangan. Tidak ada hasil. Hanya amarah dan kebingungan. Dalam situasi seperti ini, orang bijak harus tahu kapan saatnya berbicara, dan kapan saatnya berhenti. Kita harus belajar untuk mengerti kondisi dan keadaan, mengerti siapa lawan bicara kita. Jangan tersulut emosi ketika lawan bicara kita merespons dengan bodoh. Jangan terseret dalam kebodohannya. Tetap tenang dan tetaplah dalam penguasaan diri.
Saudaraku, orang bijak tidak perlu menang debat, karena tujuannya bukan membuktikan siapa yang paling benar, tetapi menyampaikan kebenaran dengan kasih. Sayangnya, jika lawan bicaranya adalah orang yang keras kepala dan tidak mau mengerti, maka perdebatan hanya akan menjadi sia-sia. Orang bodoh bukan tidak tahu, tetapi tidak mau tahu. Maka, percakapan pun berubah menjadi pertengkaran. Di sinilah kita belajar untuk menghindari debat yang tidak membangun, dan lebih memilih sikap diam atau mengalah demi kedamaian. Bijak itu bukan soal banyak bicara, tetapi tahu kapan harus berhenti. Bijak itu lebih mengutamakan relasi yang terjaga dari pada memenangkan perdebatan.
Saudaraku, mari kita renungkan: Apakah kita suka memaksakan kebenaran kepada orang yang belum siap mendengarnya? Apakah kita pernah terjebak dalam debat yang hanya membuang waktu dan membuat hati panas? Kita harus belajar dari Firman hari ini—tidak semua perkara perlu diladeni. Kadang diam adalah pilihan yang lebih bijaksana daripada terus meladeni omongan yang tidak akan mengubah apa pun. Mari kita jadi pribadi yang tenang, penuh kasih, dan tidak mudah terpancing oleh sikap bodoh orang lain. Tuhan Yesus ingin kita membawa damai, bukan keributan. Dulu saya paling suka debat apalagi waktu SMK saya pernah juara 1 lomba debat tingkat SMK kota Bandung. Namun setelah saya belajar firman TUHAN, saya mulai menyadari bahwa memenangkan hubungan lebih penting dari pada memenangkan perdebatan. Hidup dalam lebih baik dari pada mempermalukan orang lain dengan kemampuan saya mengolah kata. Kini teladan firman TUHAN telah mengajar saya untuk lebih bijaksana dalam berdebat khususnya berdebat dengan orang bebal. Saya suka mundur dan dianggap bodoh dari pada harus meladeni orang bebal.
Mari kita buat tiga tekad hari ini 😇😃🙏
1⃣. Saya tidak mau terjebak dalam perdebatan yang sia-sia dan tidak membawa damai.
2⃣. Saya mau belajar mengendalikan diri dan bersikap bijak dalam menyampaikan kebenaran.
3⃣. Saya mau menjaga hati agar tetap tenang, sekalipun berhadapan dengan orang yang keras kepala.
Kutipan:
"Berdebat dengan orang keras hati hanya membuang energi. Hikmat tahu kapan harus diam."
11-04-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar