KEADILAN MENEGUHKAN TAKHTA

(Amsal 29:14, TB) "Raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, takhtanya tetap kokoh untuk selama-lamanya."


Shalom, Saudaraku… Tuhan Yesus memberkati kita semua dengan hikmat dan belas kasih.


Saudaraku, seorang pemimpin sejati bukan hanya hebat dalam strategi, tetapi juga kuat dalam memperhatikan orang lemah. Ayat ini mengingatkan bahwa keadilan—khususnya terhadap orang lemah—adalah fondasi dari kekuasaan yang kokoh dan tahan lama. Tuhan tidak senang pada pemimpin yang hanya melayani kepentingan orang kuat. Ia menginginkan keadilan ditegakkan, terutama bagi mereka yang tidak punya suara: orang miskin, anak yatim, janda, orang kecil yang tertindas. Mereka yang membela orang lemah memiliki hati yang penuh belas kasihan. Sama seperti Kristus, Sang Raja kekal. Ia mau mengosongkan diri-Nya bahkan mengambil rupa sebagai hamba untuk membela orang miskin dan lemah. Ia bahkan berani menentang orang kaya dan orang yang berkuasa. Tuhan Yesus sungguh sangat adil. Ia tidak melihat status ekonomi sebagai patokan untuk menghormati seseorang.


Saudaraku, ini juga berlaku buat kita semua, bukan hanya untuk raja atau presiden. Di rumah, di sekolah, di tempat kerja—kalau kita punya peran memimpin, kita dipanggil untuk berlaku adil. Kita tidak boleh membeda-bedakan orang berdasarkan kekayaan, kepintaran, atau kedekatan dengan kita. Kalau kita bersikap adil, Tuhan akan meneguhkan peran kita. Tapi kalau kita pilih kasih, meremehkan yang lemah, maka kehormatan kita lambat laun akan runtuh. Tuhan memperhatikan cara kita memperlakukan orang kecil. Jangan jadi orang yang licik dan curang. Jangan dekat dengan orang kaya karena kita ingin memanfaatkan kekayaannya. Jangan tindas orang miskin karena kita tau bahwa keberadaan mereka memang tidak berguna dengan diri kita. Jangan bersikap seperti itu. Kita harus berlaku adil terhadap orang kaya dan orang miskin.


Saudaraku, dunia kita butuh lebih banyak pemimpin yang penuh keadilan dan hati yang tulus. Jangan tunggu jadi pemimpin besar dulu baru mau adil. Mulailah dari hal kecil. Jadilah pribadi yang adil saat menilai, saat berbagi, dan saat mengambil keputusan. Saat kita belajar adil dalam hal kecil, Tuhan bisa mempercayakan hal yang lebih besar. Saya juga terus melatih keadilan saya terhadap orang lain. Saya tidak lihat rupa dan tampangnya untuk menilai tetapi saya menilai dengan objektif, apa adanya. Kalau pintar, ya nilainya tinggi. Kalau masih malas, ya nilainya rendah. Saya juga tidak mau menjauhi orang miskin dan orang yang dianggap hina. Saya justru mau memiliki hati seperti Kristus yang tidak membuat tembok pemisah melainkan mau berbaur dan menolong orang yang berkekurangan. Kiranya kita memiliki keadilan sekaligus belas kasih dalam hidup ini.


Mari kita buat tiga tekad hari ini:

1⃣. Saya mau berlaku adil terhadap siapa pun, termasuk yang lemah dan tidak berdaya.

2⃣. Saya tidak mau pilih kasih atau menyalahgunakan posisi untuk kepentingan pribadi.

3⃣. Saya mau menjadi pemimpin yang menyenangkan Tuhan, mulai dari hal-hal kecil.

๐Ÿ˜‡๐Ÿ™๐Ÿ˜ƒ


Kutipan:

"Keadilan kepada yang lemah adalah kekuatan sejati dari seorang pemimpin."


16-04-2025

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

Keuntungan Hidup

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN