Belajar dari Perempuan Melahirkan
Yohanes 16:21 (TB) Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.
Shalom Saudaraku, ku berbahagia yakin teguh Yesus abadi kepunyaanku.
Saudaraku, tentu kota semua pernah melihat perempuan yg sedang hamil. Mereka begitu mengasihi si bakal anak di dalam peruntnya. Semua perempuan tentu menginginkan dirinya hamil setelah menikah. Menarik ya, mereka menginginkan hamil padahal mereka tahu bahwa hamil dan melahirkan akan membuat mereka kesakitan. Mereka rela hadapi sakit demi kelahiran bayi yg berasal dari darah dagingnya sendiri. Saya pernah mendengar cerita dari saudara saya yang menghadapi persalinan pertama kali. Wah, ia berkata sakitnya minta ampun. Ia alami persalinan normal bukan ceasar. Wah, mulai dari terjadinya kontraksi, di situ ia sudah alami kesakitan yang luar biasa. Sakitnya memuncak setelah proses keluarnya anak dari perut dimulai. Waduh, ampun ampunan. Namun setelah sang bayi keluar dari perut mamah, kesakitan itu sirna seketika. Dukacita dan kesakitan mama segera berganti jadi sukacita dan kegembiraan karena melihat buah hatinya yang baru lahir. Sungguh, dukacita harus kita alami lebih dulu agar kita bisa alami sukacita besar. Kita harus rela alami penderitaan lebih dulu untuk masuk dalam kegembiraan yg besar.
Saudaraku, kita perlu belajar dari perempuan yg menginginkan kehamilan. Meskipun sudah tahu bahwa dirinya akan mengalami banyak kesusahan dan kesakitan, ia rela lewati itu semua demi sukacita besar, yakni melahirkan anak. Ketika kita memberitakan Injil, kita akan alami kesusahan dan kesakitan. Lihat saja apa yg dialami oleh Tuhan Yesus, Petrus, Stefanus, Paulus dan pengikut Kristus lainnya. Hidup mereka begitu lekat dengan kesusahan dan tantangan berat. Meski tahu bahwa mereka akan alami banyak kesengsaraan, mereka maju terus loh, mereka ga menyerah, mereka ga putus asa. Kenapa? Karena mereka tahu bahwa ujungnya adalah sukacita dan kegembiraan kekal di dalam Allah. Mereka sadar betul bahwa tidak ada yang sia-sia dalam pekerjaan di ladangnya Tuhan. Oh, sungguh berharganya pemberitaan Injil. Kita harus siap sedia alami kesusahan ya, sebab kita akan dijadikan ahli waris Kerajaan Sorga
Saudaraku, kita perlu terbiasa dengsn konsep bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Kalau ga gini, pasti yg terjadi ialah kebalikannya. Banyak di antara manusia pengennya senang-senang doang. Tanpa alami kesusahan lebih dulu, pasti senang-senang mereka akan berganti jadi dukacita di kemudian hari. Mau dia lahir dari orang susah atau orang kaya, prinsip ini tetap berlaku. Perhatikan orang-orang yg dipandang sukses dalam hidupnya, ga ada satu pun dari mereka yang lepas dari kesusahan dalam merintis usaha. Semuanya alami kegagalan demi kegagalan. Mereka berdukacita di awal. Namun setelah alami banyak penderitaan dan belajar dari itu semua, ia punya mental yg kuat, otak yg berisi dan semangat yg berkobar. Itulah yg membuatnya meraih keberhasilan dan bersukacita pada akhirnya. Meski kita berharap kepada Tuhan, itu bukan jaminan bagi kita untuk terhindar dari kesusahan hidup. Mari alami kesengsaraan bersama dengan Tuhan Yesus. Dia mau menolong, menopang dan menyertai kita. Jangan takut. Tuhan pasti menolong, Tuhan pasti menyertai.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar
☆ Setelah dukacita dan kesakitan maka akan ada sukacita dan kegembiraan
☆ Memberitakan Injil akan membawa kita pada kesusahan dan kesengsaraan tapi ketahuilah bahwa ujungnya sukacita kekal bersama dengan Allah
☆ Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian
Tuhan Yesus menjamah kita. Amin 😇🤍☀️
Kutipan
Setelah alami dukacita dan kesakitan, ada sukacita dan kegembiraan menanti
17-02-2022
RP
Komentar
Posting Komentar