Membangun Hubungan Suami Isteri

 2 Korintus 6:14 (TB)  Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?

Shalom, Saudaraku.. Tuhan Yesus menyayangi kita semua.. 🤍

Saudaraku, punya pasangan itu ga hanya perlu seiman tapi harus seimbang. Maksudnya piye toh? Mari kita gali, kita bahas beberapa hal tentang seimbang ya... Oiya, menjadi suami atau isteri adalah hal yang serius. Ini nda main-main. Untuk mencetak teknisi pesawat seperti saya, seseorang perlu praktik 3000 jam alias perlu 3 tahun; untuk jadi sarjana manajemen perlu 4 tahun, untuk menjadi dokter spesialis perlu 7 tahun lebih dan sebagainya. Banyak profesi yang butuh persiapan bertahun-tahun. Lalu gimana dengan menjadi suami atau isteri? Persiapannya berapa lama? Sayangnya nda ada kuliah jurusan persuamian atau peristerian. Kita harus persiapan sejak sekarang dalam sekolah kehidupan. Kalau orang ga bersiap, wajar saja beberapa rumah tangga hancur dan berantakan. Kenapa? Bisa jadi pribadi yg menikah itu memang ga siap dan ga ada persiapan yg matang dan memadai. Inget, jadi teknisi pesawat itu ada pensiunnya, jadi manajer ada pensiunnya, begitu juga dokter punya masa purnabakti. Tapi gimana dengan menjadi suami atau isteri..? Mereka ga kenal masa pensiun. Mereka akan terus mengemban tugas itu sampai meninggal. Mereka ga bekerja 8 jam sehari. Mereka bertugas selama 24 jam 7 hari. Ini menandakan begitu seriusnya menjadi suami atau isteri. Kalau masih ada yang anggap sepele persiapan pernikahan, mending ga usah nikah, sebab punya potensi besar pernikahannya  akan sulit dan berantakan.

Saudaraku, ketika sudah menikah, suami atau isteri perlu belajar menerima kekurangan pasangannya. Di area pernikahan, hal ini ga bisa diprotes. Kalau mau mundur ya harusnya sejak masih PDKT atau pacaran. Jadi, suami atau isteri harus bersedia "tutup mata" terhadap kekurangan dan keterbatasan pasangannya. Ia harus belajar menerima dan menyesuaikan diri bukan mengeluh dan merendahkan pasangan. Misal ya, engkau orangnya rapi tapi suami berantakan, maka engkau perlu menyesuaikan diri dengan penerimaan. Jangan marah-marah dan ngomel mulu, itu justru akan memancing keributan. Ingat, isteri itu bisa memenangkan suaminya dengan tindakan bukan dengan perkataan. Hal lain lagi ya, misal engkau tenang, tapi isteri suka kuatir akan banyak hal. Saudara nda boleh menghakimi isteri dengan mengatakan kurang iman atau parnoan. Belajarlah untuk menerima kekurangannya. Saudara bisa memberi ketenangan, pengertian dan mengajaknya berdoa bersama. Ini kan indah. Kita bisa menyesuaikan diri dengan kekurangan pasangan. Bukan artinya kita mendukung kelemahannya melainkan untuk menjadi penyeimbang baginya, menjadi pelengkap dalam hidupnya, menjadi penolong yg sepadan baginya. Belajarlah untuk tidak pernah menganggap diri lebih hebat dari pasangan. Posisinya ga boleh begitu. Jadilah teman hidup yang sepadan, yg saling merangkul dan bergandengan tangan dengan semangat membangun satu sama lain bukan merendahkan.

Saudaraku, kita juga perlu belajar menjadi pribadi yg sensitif dalam menghargai pasangan. Beberapa keluarga mulai bersifat dingin. Tak ada pujian lagi satu sama lain antar suami-isteri. Ini nda baik, ini nda sehat. Sejatinya, kedua insan yang sudah dipersatukan oleh Allah perlu saling memuji dan menghargai. Saya sangat amat yakin, pasangan kita pasti punya kelebihan, punya keunggulan dan kekuatan. Pujilah itu... Jika isteri rajin, pujilah kerajinannya. Jika suami pekerja keras, pujilah kerja kerasnya. Jika isteri berdandan dengan cantik, pujilah parasnya. Jika suami lemah lembut, pujilah kelembutannya. Perhatikan kelebihan pasangan, jangan fokus sama kekurangannya. Kita juga perlu menghargai hal-hal sederhana dalam kehidupan rumah tangga. Kalau suami dibikinin kopi sama isteri, ya suami perlu katakan terima kasih sayangku atau terima kasih isteriku. Gitu kan enak ya? Ayo dimulai ya kalau belum praktik. Kalau suami memberi uang belanja, isteri punya kesempatan untuk mengatakan terima kasih banyak sayangku. Wah, kalau hubungan rumah tangga punya rasa menghargai yang tinggi, saya yakin suasana keluarga dan hubungan pernikahan akan sangat damai, indah dan penuh sukacita. Tuhan suka dengan pasangan yang saling menghargai dan memuji satu sama lain.

Puji Tuhan, hari ini kita akan belajar
☆ Menjadi suami atau isteri adalah hal yang serius
☆ Kekurangan pasangan bukan untuk dihakimi. Justru saat itulah kita jadi penyeimbang yang baik bagi pasangan
☆ Masing-masing punya kelebihan dan keunggulan, maka pujilah dan hargailah pasanganmu
Tuhan Yesus mengasihi kita. Amin 🤍☘️❤️

Kutipan
Hubungan pernikahan yang bahagia dinyatakan dengan rasa menghargai dan memuji yang dibangun terus-menerus

08-06-2022
RP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN

KEPEMIMPINAN YANG MEMBAWA BERKAT