Jangan Memandang Rendah
2 Samuel 6:16 (TB) Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya.
Shalom, Saudaraku... Terpujilah nama-Mu Tuhan, ajaib dan penuh keagungan...
Saudaraku, kita tahu bahwa Daud adalah Raja kedua di Israel. Ia diurapi dan dinobatkan oleh Allah. Satu waktu, ia meloncat-loncat dan menari-nari ketika tabut Allah masuk ke kota Daud. Daud melepas baju kerajaannya dan hanya mengenakan baju efod dari kain lenan. Hal itu membuat isterinya yang bernama Mikhal memandang rendah Daud. Sekalipun Daud adalah raja, ia menyadari bahwa di hadapan Tuhan, ia sama seperti rakyat lainnya, ia sama seperti manusia pada umumnya. Ia tidak menganggap diri lebih baik atau lebih mulia di hadapan Tuhan. Ia menari-nari di hadapan Tuhan tanpa takut kehilangan wibawanya sebagai raja. Ia mengenakan baju efod untuk menyatakan kesederhanaan dan kesetaraannya dengan rakyat pada umumnya. Meskipun dapat penilaian jelek dari isterinya, Daud bersedia lakukan itu di hadapan Tuhan. Penting bagi kita untuk menyadari posisi kita di hadapan Tuhan. Apapun jabatan kita, entah presiden, menteri, direktur, manajer, petugas kebersihan, tukang siomay, tukang parkir, pedagang sayur atau yg lainnya, kita semua sama di hadapan Tuhan. Jangan menganggap diri lebih hebat atau lebih mulia atau lebih terhormat dari orang lain. Kita semua adalah hamba di hadapan Tuhan. Kita perlu bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Kita tanggalkan semua kebanggaan dan kebesaran kita untuk meninggikan dan memuliakan Allah yg adalah Raja di atas segala raja.
Saudaraku, ketika kita menanggalkan semua prestasi dan pencapaian kita di hadapan Allah, maka kita sedang menghormati Dia dan meninggikan Dia. Fokus kita tidak lagi pada diri sendiri melainkan kepada Allah yg hidup. Itu adalah sikap tunduk dan taat kepada Allah. Ketika kebanggaan diri lenyap, maka Allah dimuliakan. Kita harus semakin rendah dan Tuhan semakin tinggi, kita semakin kecil dan Tuhan semakin besar. Oh, mari miliki hati seperti Daud. Dia tidak malu menggunakan pakaian yg sederhana, dia tidak malu menari-nari dan melompat di hadirat Allah. Dia tidak fokus sama apa kata orang. Peduli amat yg lain mau ngomong apa, yg penting kita menyenangkan hati Allah. Pilihlah, mau berkenan di hadapan Allah atau di hadapan manusia..? Saya mau berkenan di hadapan Allah. Kalau kita mau berkenan kepada Allah, kita harus siap dihina atau disalahmengerti oleh orang lain. Sebaliknya kalau kita ingin berkenan di hadapan manusia, maka siap sedialah untuk penghakiman Tuhan.
Saudaraku, sebagai isteri, Mikhal itu memberontak kepada Daud. Dia memandang rendah suaminya sendiri karena menari-nari di hadapan Tuhan dan hanya mengenakan baju efod dan bukan baju kerajaan. Ingat, ketika seseorang memberontak terhadap perwakilan Allah maka ia berurusan langsung dengan Allah. Allah akan bela utusan-Nya dan perwakilan-Nya. Jadi jangan macem-macem. Apa hukuman buat Mikhal? Dia mandul sampai akhir hidupnya. Dia tidak menghasilkan keturunan sama sekali. Apa makna rohaninya dalam kasus ini? Tuhan tidak menghendaki ada keturunan yang memandang rendah orang yg rendah hati. Tuhan tidak berkenan terhadap orang yg sombong dan membangun asumsi pribadi yg buruk dan tidak kudus. Tuhan memutuskan agar orang semacam itu tidak lahir. Itu sebabnya Mikhal tidak beroleh anak. Rahimnya tertutup. Itulah hukuman baginya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita memandang rendah orang yg rendah hati? Hati-hati dihukum Tuhan ketika kita melakukannya. Hukuman Tuhan itu serius. Jangan main-main.
Puji Tuhan, hari ini kita
sudah belajar
☆ Kita semua sama di hadapan hadirat Allah, kita adalah hamba Allah.
☆ Hiduplah berkenan di hadapan Allah bukan di hadapan manusia
☆ Orang yg memandang rendah orang yg rendah hati akan berhenti menghasilkan keturunan
Tuhan Yesus menopang kita. Amin 😇🌟☀️
Kutipan
Di hadapan Tuhan, semuanya sama, apapun jabatannya
10-08-2022
RP
Komentar
Posting Komentar