Hati-hati Tinggi Hati
2 Tawarikh 26:16 (TB) Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.
Shalom, Saudaraku... Apa kabarnya? Semoga baiq-baiq saja yahh...
Saudaraku, ayat ini lagi ngomongin raja Uzia. Alkitab mencatat bahwa dia hidup benar di mata Tuhan. Perjalanan hidup kita cukup panjang. Umur 20-50 tahun kita bisa hidup benar, tapi gimana dengan umur 51-55? Apakah bisa lanjut hidup benar? Ini menjadi misteri. Tapi kita berharap untuk terus hidup benar. Kita harus terus mendambakan taat dan setia sampai akhir hidup kita. Uzia ini mencari Allah selama hidup Zakharia yg menjadi mentor rohaninya. Dan selama Uzia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil. Kita perlu menyadari bahwa mentor rohani itu penting. Mereka yg akan bimbing, ajari dan ingatkan kita untuk terus mencari Allah dan takut akan Dia. Jangan bertumbuh sendirian. Bertumbuhlah dengan orang lain. Bertumbuhlah bersama mentor rohani. Sambil kita dimuridkan, kita juga bisa memuridkan orang lain sebab orang lain juga butuh mentor. Kalau kita bertumbuh sendirian, ga ada yg tau jatuh bangunnya kita kayak gimana. Kita akan jadi orang yg malu mengakui dosa, gengsi dan tidak hidup dalam prinsip saling. Yakobus 5:16 menyatakan kalau kita mau sembuh, maka kita harus lebih dulu saling mengaku dosa dan saling mendoakan. Ini memberi kesan penting supaya kita punya partner, punya mentor, punya teman dan punya pasangan untuk bertumbuh dalam iman.
Saudaraku, setiap orang yg mencari Allah dan kebenarannya akan dicukupkan oleh Tuhan. Allah akan menambahkan apa yg kita perlukan dalam hidup ini. Uzia pun berhasil dalam berbagai hal dan namanya mashyur. Ia mengalahkan bangsa-bangsa lain oleh karena tangan Tuhan yang menopang dan menyertainya. Kita pun akan terus diberkati baik secara rohani bahkan secara materi. Namun yang lebih utama ialah berkat rohani. Kalau pun dapat berkat materi, itu adalah bonus yg harus kita kelola untuk pekerjaan Tuhan bukan untuk kebanggaan pribadi atau kepuasan sendiri. Ketika kita mencari Tuhan, maka Ia sanggup membuat kita menjadi kepala dan bukan ekor, terus naik dan tidak turun, memiliki kapasitas dan pengaruh yg besar di tempat kerja, menjadi pimpinan yang dihormati, memperoleh penghasilan yang tinggi dan lain sebagainya. Beberapa tokoh Alkitab lainnya pun diberkati secara materi, misalnya Abraham, Ishak, Ayub, Daud dan Salomo. Yang menjadi suatu keindahan ialah mereka gunakan kekayaannya untuk kemuliaan nama Tuhan. Ini artinya mereka mengelola apa yg dipercayakan dan mempersembahkannya untuk kemuliaan Tuhan. Berkat materi tidak boleh menjadikan kita punya sikap, "Liat nih gua lebih sukses dari lu." Kita ga boleh jadi sombong dan tinggi hati. Kita ga boleh merendahkan orang lain oleh karena kekayaan dan harta yg kita miliki. Seperti Salomo, kita harusnya mempersembahkan kekayaan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan, bagi kemuliaan dan kehormatan nama Tuhan. Jadilah orang yg diberkati secara materi namun menjadikan itu semua sebagai suatu persembahan yg berkenan bagi Tuhan.
Saudaraku, sayang sekali, setelah Uzia semakin kuat dan mengalami masa-masa kejayaan, dia menjadi tinggi hati dan itu menyebabkan suatu kehancuran dalam hidupnya. Ia melanggar perintah Tuhan karena memasuki bait TUHAN untuk bakar ukupan di atas mezbah. Itu bukan tugas raja tapi imam. Siapapun ga boleh bakar ukupan kecuali imam. Entah dia panglima, entah dia petinggi bahkan raja sekalipun ga boleh lakukan itu. Tindakan Uzia yg seperti itu menandakan bahwa dia sudah menyalahi tugas dan tanggung jawab. Dia melangkahi fungsi imam. Orang yg semakin kuat dan semakin besar seringkali ingin melakukan segalanya. Manusia termasuk makhluk yg ga kenal rasa puas jadi ga tau batasan apa yg perlu dijaga. Abis kita capai ini, kita ingin capai itu, abis capai itu kita ingin gapai yg lain. Setelah kita udah raih 30 pencapaian, kita ingin yang ke-31 lalu lanjut lagi. Wah ga ada abis-abisnya. Hati-hati menjaga hati. Tinggi hati seringkali timbul karena kita ada di posisi puncak dan itu membuat kita merasa lebih hebat dari pada yang lain dan membuat kita merasa layak lakukan apa saja meskipun seharusnya kita ga boleh lakukan hal tersebut. Kita HARUSNYA belajar seperti Yesus. Sekalipun Ia tinggi, mengatasi segala penguasa dan singgasana tapi Ia justru mau merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai mati di kayu salib. Ia rela berkorban dan menderita, menjadi Anak Domba Allah yg dibunuh demi menebus umat manusia dari dosa. Kita harus mengikuti teladan Yesus Kristus yg rendah hati, yg mengambil rupa sebagai hamba. Siapa kita sehingga kita mau menyombongkan diri? Ketahuilah bahwa kita bukan siapa-siapa. Tidak ada ruang bagi kita untuk menyombongkan diri. Mari lihat Yesus, mari belajar dari salib-Nya sehingga kita beroleh kerendahan hati.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar
☆ Bertumbuhlah secara rohani bersama mentor, partner atau temanmu
☆ Ketika kita diberkati dengan kekayaan kita harus mengelolanya untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan
☆ Kalau dirimu semakin kuat maka jangan jadi sombong. Jadilah seperti Yesus
Tuhan Yesus mengasihi kita. Amin 😊🤍✨
Kutipan
Semakin tinggi kita naik maka kita harus semakin belajar dari Yesus agar tetap rendah hati
09-12-2022
RP
Komentar
Posting Komentar