Aku Berdukacita dan Bersedih Hati

 Roma 9:1-2 (TB)  Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,  bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.

Shalom, Saudaraku... Tuhan Yesus mengasihi semua suku dan bangsa.

Saudaraku, Paulus mengakui dalam dirinya bahwa dia berdukacita dan bersedih hati. Loh, kok berdukacita? Kok dia bersedih hati? Bukannya dia sampaikan ke jemaat di Tesalonika untuk bersukacita senantiasa dan memberi pesan kepada jemaat di Filipi, "Bersukacitalah, sekali lagi ku katakan bersukacitalah." Yes, kita harus bersukacita di dalam Tuhan. Namun ada satu sisi yg membuat Paulus berdukacita dan bersedih hati, yaitu karena kaum sebangsanya, yaitu orang Yahudi belum mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Bahkan mereka menolak ajaran Kristus dan mengabaikan Injil. Hal ini yg membuat Paulus bersedih dan berdukacita. Kita tau bahwa tanpa Injil dan tanpa anugerah dari Tuhan Yssus, maka tidak ada keselamatan. Akhir dari hidup tanpa Kristus ialah kesia-siaan yg menuju pada kebinasaan. Orang yg mengasihi sesama pasti sedih ketika mengetahui bahwa orang yg dikasihinya justru menolak Injil.

Saudaraku, Paulus tidak berdukacita karena dia dianiaya atau karena dia menderita. Paulus tidak pernah fokus sama kondisinya sendiri. Dia justru menaruh hatinya bagi orang lain. Dia menaruh belas kasihan bagi kaum sebangsanya. Dia bahkan rela menderita asal kaum sebangsanya mau terima Yssus sebagai Juruselamat. Sungguh mulia sekali... Banyak di antara kita bersedih dan menangis justru karena terlalu mengasihani diri sendiri, terlalu fokus sama diri sendiri dan tidak menaruh perhatian pada yg lain. Kita terlalu berpusat pada diri sendiri sehingga ga merasa penting untuk menggumulkan masalah orang lain. Kita harus belajar naik level. Jangan bersedih dan berdukacita hanya pada diri sendiri. Kasihilah orang lain dan belajar empati terhadap apa yg orang lain alami. Hidup itu bukan soal individu saja melainkan sosial. Kita harus mengasihi yg lain, memperhatikan yg lain dan mempedulikan yg lain. Jangan sampai air mata cuma mengucur karena pergumulan pribadi saja tapi biarlah tetesan air mata juga tercurah bagi orang yg kita kasihi, khususnya mereka yg belum mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Saudaraku, Paulus sungguh mendedikasikan hidupnya bagi Allah dan sesama. Dia sudah selesai dengan dirinya sendiri sehingga ia menaruh kasih bagi orang lain. Kita pun harus belajar sampai di titik ini. Jangan sampai kita terus fokus pada diri sendiri. Yg jadi perhatian cuma diri sendiri melulu tanpa mau terlibat dan menaruh kasih pada yg lain. Kita harus belajar untuk mengasihi sesama. Belajar untuk peduli kepada mereka. Biarkan kasih kita menyapa mereka, air mata kita menetes bagi pergumulan sesama. Kita boleh berdukacita, kita boleh bersedih, asalkan dengan dasar yg tepat, yaitu karena kita mengasihi sesama yg masih tersesat dan masih hidup dalam dosa. Yesus pun pernah berdukacita, Dia pernah menangis. Karena apa...? Karena umat manusia yg berdosa, karena kota Yerusalem yg masih dikuasai oleh kejahatan. Yesus menangis karena Dia sangat mengasihi umat manusia. Yes, dukacita dan tangisan pun bisa menjadi salah satu tanda bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi.

Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar
☆ Kita bersedih dan berdukacita karena orang yg belum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
☆ Jangan sampai cucuran air mata hanya menetes karena pergumulan pribadi tanpa adanya pergumulan untuk masalah orang lain
☆ Dukacita dan tangisan menjadi salah satu tanda bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi.
Tuhan Yesus menopang kita. Amin 🙏🏻✨🌟

Kutipan
Dukacita dan tangisan boleh kita miliki dengan dasar yg benar, yaitu mengasihi orang lain yg masih tersesat, yg masih hidup dalam gelap

26-06-2023
RP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN

KEPEMIMPINAN YANG MEMBAWA BERKAT