PEMALAS < SEMUT
(Amz 6:6) Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
Shalom, Saudaraku.. Apa kabarnya saudaraku semua? Kiranya kita selalu limpah dengan syukur dan kebahagiaan.
Saudaraku, semut itu binatang yang kecil bahkan sekali injak bisa mati. Di sisi lain, manusia itu mahluk hidup yang diciptakan dengan luar biasa, dengan akal budi, perasaan dan kehendak. Namun menarik sekali, TUHAN menyuruh manusia belajar kepada semut. Aneh ga…? Aneh ya.. Kok manusia disuruh pergi kepada semut dan memperhatikan lakunya supaya bijak? Ini menyatakan teguran keras kepada manusia khususnya kepada para pemalas. Pemalas ini sebenarnya punya pikiran, punya akal budi tetapi mereka tidak gunakan akal budinya dengan maksimal, sehingga mereka pun tidak bijak dalam menjalani hidupnya. Bayangin, manusia disuruh ketemu semut, memperhatikan lakunya dan berharap jadi bijak. Hal ini seolah-olah menegur pemalas bahwa mereka tidak lebih bijak dari pada semut. Pemalas itu lebih rendah dari pada semut. Kita harusnya lebih hebat dari pada semut, kita lebih bijak dan lebih rajin, tetapi para pemalas harus kalah sama semut. Manusia rajin ranking 1, semut ranking 2 dan pemalas itu ranking 3, kalah sama semut.
Saudaraku, begitu banyak orang menjadi miskin, terbelakang dan payah karena mereka memilih untuk malas. Mereka malas mengepel, menyapu, belajar dan memasak. Mereka juga malas membaca, malas membantu orang lain, malas bersosialisasi, malas lakukan pekerjaan tambahan. Mereka memilih untuk malas, malas dan malas. Sungguh malangnya hidup si pemalas ini. Mereka lebih senang tidur, rebahan, main HP, scrolling scrolling ga jelas dan ga punya tujuan spesifik. Pemalas itu sungguh amat mengerikan. Dia memberi contoh buruk terhadap banyak orang. Dia menjadi beban bagi suatu kelompok. Siapa yang senang kalau di dalam timnya ada orang malas? Tentu ga ada yang senang dengan orang malas. Orang malas membawa kesedihan dan kepedihan di dalam tim. Seorang ibu pun tidak ada yang mengharapkan anaknya malas. Ibu sangat senang ketika anaknya rajin, penurut dan taat. Kita harus benar-benar berbenah. Adakah sifat malas yang masih tinggal di dalam diri kita? Adakah rasa malas yang masih menyeret kita? Kita harus evaluasi, berbenah dan lakukan perubahan..!
Saudaraku, semut itu ga punya pemimpin, pengatur atau penguasa. Ga ada presiden, ga ada pemerintah di dalam republik persemutan. Tapi mereka bisa teratur, bisa rajin dan produktif. Manusia ga boleh lebih bodoh dari pada semut, ga boleh lebih malas dari pada semut. Semut itu hebat banget, mau kerja, mau berlelah-lelah, mau cari makan. Ada orang sukanya cuma tidur-tiduran tapi pengen kaya raya. Usaha ga ada tapi pengen hasil yang besar. Itulah pemalas. Bermimpi bisa tapi tindakannya nol besar. Sungguh memprihatinkan. Orang malas harus benar-benar bertobat. Bukan hanya orang yang narkoba, pembunuh, pezinah atau koruptor yang harus bertobat, orang malas pun harus bertobat. Kelihatannya ini dosa kecil atau dosa ringan padahal ini pun dosa yang sangat serius, dosa yang mandarah daging. Jangan sampai kita jadi orang yang apatis. Jadilah pekerja keras, jadilah orang yang berinisiatif untuk berjalan 2 mil saat kita disuruh berjalan 1 mil. Artinya apa? Kita mau kasih lebih, kita mau memberi lebih dari standar, kita kerja lebih keras. Mari tanggalkan kemalasan, mari bakar semangatmu untuk semakin rajin.
Puji TUHAN, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu
1. Saya tidak mau menjadi manusia yang lebih rendah dari pada semut karena saya malas.
2. Saya tidak mau menjadi orang yang malas dalam beraktivitas, tidak mau malas dalam lakukan hal produktif dan tidak mau menjadi beban bagi tim karena saya malas.
3. Saya mau menanggalkan kemalasan, mau bekerja keras dan memberi lebih dari standar.
Tuhan Yesus menopang kita. Amin…
Kutipan
Pemalas lebih rendah dari pada semut.
16-03-2024
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar