HIKMAT DAN KEPANDAIAN
(Amz 24:3) Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan,
Shalom, Saudaraku… Apa kabarnya hari ini? Kiranya kita hidup dalam sukacita dan semangat selalu ya..
Saudaraku, penting sekali untuk memiliki hikmat agar kita dapat membangun kehidupan. Ya, rumah itu bicara tentang kehidupan. Di dalam rumah, kita berinteraksi dengan keluarga, kita bertumbuh di dalam kasih, kepedulian dan kerukunan. Agar segala hal yang baik dapat tercipta di dalam rumah, maka perlu hikmat, perlu bijaksana. Tanpa hikmat, hanya akan ada percekcokan, pertengkaran dan keributan sepanjang hari. Ada satu keluarga yang sangat bahagia karena di suami istri mengutamakan hikmat Allah dalam kehidupannya. Mereka selalu mengutamakan kasih bukan menghakimi, mengutamakan kepentingan pasangannya bukan kepentingan pribadi, suka memberi bukan mengambil, suka memberi pujian bukan haus pujian, suka menghargai bukan meminta pengakuan. Sungguh, ketika pasangan ini menghidup hikmat Allah, setiap pikiran, perkataan maupun perbuatan mereka mencerminkan hal-hal yang indah dan sedap didengar. Mereka terus bertumbuh dalam iman dan hidupnya terus dibangun dalam kasih dan kebenaran.
Saudaraku, kita juga perlu kepandaian untuk mempertahankan segala hal yang baik. Kita sudah membangun kehidupan dengan hikmat dan kita harus mempertahankannya dengan kecerdasan. Orang yang cerdas adalah orang yang suka belajar, belajar dan belajar. Ini yang penting. Jangan pernah puas dengan tingkat pengetahuan yang kita miliki saat ini. Jangan pernah merasa sudah pintar sehingga memutuskan untuk berhenti belajar. Sebaliknya, jadilah orang yang rendah hati. Saya banyak menemukan bahwa orang-orang cerdas menyatakan dirinya kurang pintar sehingga mereka masih perlu untuk terus belajar. Saya menyatakan bahwa mereka cerdas tetapi mereka tidak pernah mengakui bahwa mereka pandai. Yang ada justru mereka mengatakan bahwa mereka kurang pintar sehingga masih harus terus belajar. Inilah kerendahan hati. Kita harus menuntut ilmu dan pengetahuan supaya menjadi cerdas sekaligus kita harus terus rendah hati sehingga mau untuk terus belajar.
Saudaraku, ayat ini juga mau memberi pesan bahwa mesti ada keseimbangan antara aspek rohani dan intelektual. ^Ya, kita harus berhikmat tapi harus juga jadi orang yang cerdas. Jangan jadi penganut ekstrem. TUHAN mengajar kita untuk tidak hanya memenuhi diri dengan aspek rohani lagi menolak aspek lainnya. Kita harus belajar seimbang. Kita harus rohani sekaligus cerdas. Allah sendiri mengajar supaya kita tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular. Nah, ini mendorong kita untuk jadi orang yang cerdas juga secara ilmu pengetahuan. Namun sayang juga, di luar sana banyak orang yang mengutamakan kecerdasan intelektual dan sains namun menolak hikmat Allah. Banyak ilmuwan cerdas yang bisa melakukan penemuan besar untuk dunia ini, mendapat pengakuan dunia atas prestasi yang mereka raih namun tidak bersandar kepada Allah, Sang Sumber Hikmat. Jangan sampai kita meniru hal tersebut. Hikmat Allah penting, kecerdasan juga penting. Kita harus miliki keduanya dan jangan mengabaikan salah satunya apalagi meninggalkan keduanya.
Puji TUHAN, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu
1. Saya mau mengutamakan hikmat dalam membangun kehidupan yang baik.
2. Saya mau jadi orang yang cerdas dan rendah hati.
3. Saya mau mengutamakan hikmat Allah sekaligus kepandaian sehingga saya dapat seimbang dalam menerapkan hal yang penting.
Tuhan Yesus menopang kita. Amin.. ๐๐ธ๐
Kutipan
Hikmat itu menuntun kita agar senantiasa jadi orang yang rohani dan kecerdasan membimbing kita untuk punya ilmu dan pengetahuan yang unggul.
25-11-2024
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar