BIJAK DALAM MENANGGAPI KEBODOHAN
(Amsal 26:4) "Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia."
Shalom, Saudaraku... Apa kabarnya hari ini? Kiranya kita hidup dalam sukacita dan damai sejahtera..
Saudaraku, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bertemu dengan berbagai jenis orang. Ada yang bijak dan membangun, tetapi ada pula yang menunjukkan sikap bebal—tidak mau belajar, keras kepala, dan gemar memperdebatkan hal yang sia-sia. Ayat ini memberikan pengajaran yang sangat praktis tentang bagaimana kita harus bersikap ketika berhadapan dengan orang seperti itu. Ingatlah supaya kita jangan terjebak dalam perdebatan yang sia-sia. Saat kita berhadapan dengan orang bebal, dorongan untuk menjawab mereka sering kali muncul. Namun, Amsal mengingatkan kita untuk tidak menanggapi mereka dengan cara yang sama, karena itu hanya akan membawa kita ke level yang sama rendahnya. Berdebat dengan cara mereka, penuh emosi atau kebodohan, tidak akan menghasilkan solusi, hanya pertengkaran yang sia-sia.
Saudaraku, jika seseorang dengan keras kepala menolak fakta atau kebenaran yang jelas, kita tidak perlu memaksakan pendapat kita kepada mereka. Kadang-kadang, membiarkan keheningan berbicara lebih bijak daripada terlibat dalam argumen. Belajarlah untuk fokus pada hikmat, bukan kebodohan. Menanggapi orang bebal dengan hikmat membutuhkan pengendalian diri. Ini berarti kita tidak terpancing untuk menjawab dalam kemarahan atau sarkasme. Sebaliknya, kita diajak untuk menunjukkan teladan kebenaran dalam ucapan dan tindakan kita. Perhatikan Tuhan Yesus. Ketika Yesus berhadapan dengan orang-orang yang mencoba menjebaknya dengan pertanyaan licik, Dia menjawab dengan hikmat yang membungkam mereka. Dia tidak terpancing untuk masuk ke dalam jebakan argumen kosong mereka, melainkan menunjukkan kebijaksanaan ilahi.
Saudaraku, ayat ini juga mengajarkan kita untuk menjaga hati dari kepahitan. Terlibat dalam perdebatan yang tidak perlu hanya akan menguras energi dan mencuri damai sejahtera kita. Dengan memilih untuk tidak menanggapi kebodohan, kita melindungi hati kita dari karakter buruk mereka. Kita perlu melatih kesabaran saat menghadapi orang yang bikin kesal: Ketika menghadapi orang yang sulit, tarik napas dalam-dalam dan ingatlah bahwa hikmat lebih kuat daripada kemarahan. Mintalah hikmat dari Tuhan untuk tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Jangan habiskan waktu dan energi untuk hal yang tidak membangun. Alihkan perhatian Anda pada hal-hal yang membawa kebaikan. Ayat ini mengajarkan kita untuk menjaga hikmat dalam setiap interaksi. Jangan biarkan kebodohan orang lain mempengaruhi kita untuk kehilangan integritas atau damai sejahtera. Biarkan setiap kata dan tindakan kita memuliakan Tuhan, menjadi berkat bagi orang lain, dan mencerminkan kebijaksanaan yang berasal dari Tuhan.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu
1. Saya tidak mau terjebak dalam perdebatan yang sia-sia.
2. Saya mau fokus pada hikmat bukan kebodohan.
3. Saya mau melatih kesabaran saat menghadapi orang yang mengesalkan.
Tuhan Yesus mengajar kita senantiasa. Amin.. 😊😃😇
Kutipan
Orang bijak tidak menghabiskan waktu dengan perdebatan yang sia-sia.
16-01-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar