BIJAK DI HADAPAN ORANG BEBAL
(Amsal 26:5) "Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak."
Shalom, Saudaraku... Apa kabarnya hari ini? Semoga damai dan sukacita Tuhan selalu menyertai kita semua.
Saudaraku, pernahkah kita menghadapi orang yang suka berbicara sembarangan atau merasa dirinya paling benar? Atau mungkin, kita pernah bertemu dengan seseorang yang keras kepala dan sulit mendengarkan masukan? Orang seperti itu dalam Alkitab sering disebut “bebal.” Amsal 26:5 memberi kita nasihat yang menarik: "Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak." Artinya, kita diajak untuk merespons mereka dengan bijak dan cermat. Jangan sampai mereka terus larut dalam pemikiran keliru yang bisa menyesatkan dirinya sendiri atau orang lain. Misal, ada seseorang yang berkata, "Tidak perlu belajar keras, toh banyak orang sukses tanpa sekolah." Nah, kita bisa ngomong begini, "Betul, ada orang sukses tanpa sekolah, tetapi apakah mereka tidak belajar dari pengalaman? Sukses mereka tetap butuh usaha dan pembelajaran. Jadi, belajar itu tetap penting." Hasilnya, kita membantu dia memahami bahwa argumennya tidak sepenuhnya benar.
Saudaraku, saat menghadapi orang yang keras kepala atau merasa tahu segalanya, sering kali kita tergoda untuk marah atau kesal. Tapi Amsal ini mengingatkan kita untuk tetap tenang dan memberikan respons yang sesuai. Jangan balas kebodohan dengan kebodohan, tapi berikan jawaban yang dapat membuka matanya. Jika kita diam saja terhadap kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan orang, kita justru membiarkan mereka semakin terjebak dalam kebodohan mereka. Dalam beberapa situasi, kita perlu berbicara, bukan untuk membalas, tetapi untuk menolong mereka menyadari kekeliruannya. Menghadapi orang bebal membutuhkan hikmat yang dari Tuhan. Kadang kita perlu diam, tapi kadang kita harus bicara. Hikmat itu seperti timbangan yang membantu kita tahu kapan waktu yang tepat untuk berkata-kata dan kapan harus menahan diri.
Saudaraku, dalam hidup ini kita mungkin sering bertemu dengan orang yang sulit diajak bicara atau suka menganggap dirinya bijak. Tapi jangan patah semangat. Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang, bahkan di tengah kebodohan. Saat kita menghadapi mereka, mari kita terus bergantung kepada Tuhan untuk hikmat dan kesabaran. Jangan mudah terbawa emosi dan kekesalan. Belajarlah untuk menguasai diri. Belajarlah untuk mengasihi orang bebal. Kita tidak dipanggil untuk mengasihi orang yang mengasihi kita. Kalau begitu, orang fasik juga bisa. Level kita ada di atas orang fasik. Kita harus belajar mengasihi orang bodoh dengan cara membimbingnya ke dalam kebenaran dengan kesabaran dan ketulusan. Jangan kita menghina dia karena kekesalan di dalam hati. Sebaliknya, kita harus peduli agar ia tidak lagi bebal tetapi bisa menjadi bijaksana oleh karena kuasa Roh Kudus.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu
1. Saya mau memilih hikmat dalam setiap respons kita terhadap orang lain.
2. Saya tidak mau membalas kebodohan dengan emosi, tetapi dengan pengertian yang benar.
3. Saya mau tetap sabar dan mengasihi orang bebal agar ia beroleh hati yang bijaksana.
Tuhan Yesus memampukan kita menjadi pribadi yang bijaksana dan penuh kasih dalam menghadapi berbagai situasi. Amin. 😊🙏
Kutipan:
"Kebijaksanaan sejati adalah merespons kebodohan dengan hikmat, bukan dengan amarah."
17-01-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar