DISIPLIN YANG MEMBAWA HIKMAT

(Amsal 26:3) "Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal."


Shalom, Saudaraku yang dikasihi Tuhan! Tuhan Yesus menopang kita selalu. 


Saudaraku, setiap orang pasti pernah menerima disiplin dalam hidupnya, baik itu melalui teguran, koreksi, atau bahkan pengalaman yang sulit. Ayat ini memberikan gambaran yang jelas tentang pentingnya disiplin, terutama bagi mereka yang enggan menerima hikmat. Kuda, keledai, dan orang bebal dalam ayat ini menunjukkan tiga kelompok yang memerlukan kendali eksternal agar dapat diarahkan dengan benar. Kuda membutuhkan cemeti untuk bergerak, keledai memerlukan kekang untuk dikendalikan, dan orang bebal membutuhkan pentung sebagai bentuk teguran keras. Ini menekankan bahwa ada orang-orang yang hanya bisa belajar melalui pengalaman yang keras karena menolak untuk mendengarkan nasihat dan hikmat. Mereka hanya akan jinak ketika dikendalikan sebab mereka belum punya kedewasaan pribadi, belum punya kematangan dan kesadaran.


Saudaraku, mengapa disiplin itu penting? Disiplin adalah cara Allah mengasuh dan mengarahkan kita. Seperti cemeti yang digunakan untuk mengarahkan kuda, begitu pula didikan dan koreksi dari Tuhan menuntun kita ke jalan yang benar. Ibrani 12:11 mengatakan, “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita; tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” Pentingnya kerendahan hati untuk belajar. Orang bebal, menurut Alkitab, adalah mereka yang menolak nasihat dan berpaling dari hikmat. Pentung dalam ayat ini melambangkan konsekuensi yang harus diterima akibat kebodohan. Sebaliknya, orang bijak adalah mereka yang menerima teguran dengan hati yang lembut dan siap berubah. Amsal 13:18 berkata, “Kemiskinan dan kehinaan menimpa orang yang mengabaikan didikan, tetapi siapa memelihara teguran, akan dihormati.”


Saudaraku, kita mesti hidup sebagai orang bijak, bukan orang bebal. Masih banyak orang yang baperan, yang sensitif, dan mudah tersinggung ketika ditegur dan dikecam. Mereka begitu rentan, lemah dan lesu. Ketika menerima teguran, bukannya sadar dan minta maaf tetapi malah sakit hati dan marah. Sungguh, ini akan membuat orang itu makin jauh dari keberhasilan. Sebaliknya, kita harus bersyukur ketika terima teguran dan kecaman. Ingat, orang bijak akan semakin bijak ketika ia menerima kecaman dengan sikap yang positif. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam hikmat dan kebenaran. Jangan menunggu teguran keras atau pengalaman pahit untuk menyadari kesalahan kita. Jadilah orang yang bersedia menerima nasihat, belajar dari firman Tuhan, dan mendengarkan orang-orang bijak di sekitar kita.


Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu 

1. Saya mau merima teguran dengan hati yang rendah, karena itu adalah tanda kasih Allah.

2. Saya tidak mau keras hati seperti kuda atau keledai dan mau belajar taat sebelum konsekuensi datang.

3. Saya mau meminta hikmat kepada Tuhan dalam setiap langkah hidup agar tidak berjalan di jalan orang bebal.

Tuhan Yesus mengasihi kita. Amin.. 😊😃😇


Kutipan Renungan

“Teguran Tuhan adalah tanda kasih-Nya; terimalah dengan kerendahan hati untuk hidup dalam hikmat-Nya.”


15-01-2025

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN

KEPEMIMPINAN YANG MEMBAWA BERKAT