HORMAT YANG TEPAT

(Amsal 26:8) "Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang memberi hormat kepada orang bebal."


Shalom, Saudaraku. Apa kabar hari ini? Kiranya kasih dan damai sejahtera Tuhan senantiasa melingkupi kita semua.


Saudaraku, pernahkah kita melihat seseorang memberikan penghormatan yang berlebihan kepada orang yang sebenarnya tidak pantas menerimanya? Atau mungkin, kita pernah mendengar cerita tentang orang yang memberi pujian kepada seseorang yang malah mempergunakan penghormatan itu untuk melakukan hal yang tidak baik? Amsal 26:8 mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memberikan penghormatan. Firman Tuhan menggambarkan bahwa memberi hormat kepada orang bebal itu seperti menaruh batu di umban—sebuah tindakan yang sia-sia, berbahaya, bahkan membawa kerugian. Kita juga bisa melihat kisah tersebut dalam kitab Ester. Waktu itu Haman, orang jahat itu menerima penghormatan dari banyak orang. Ya, masyarakat sujud ketika ia datang. Namun ada satu orang yang menolak untuk memberi hormat dan sujud saat Haman datang, dialah Mordekhai, orang Yahudi itu. Kenapa Mordekhai tidak memberi hormat dan tidak sujud...? Karena dia tahu kepada siapa dia harus memberi hormat dan penyembahan. Bukan kepada manusia apalagi kepada orang jahat. Ia hanya memberi hormat dan penyembahan kepada Tuhan bukan kepada manusia atau pejabat.


Saudaraku, penghormatan adalah sesuatu yang sangat berharga. Ketika kita memberikannya kepada orang yang tepat—orang bijaksana, orang yang takut akan Tuhan, atau orang yang bekerja keras dengan integritas—penghormatan itu menjadi dorongan dan motivasi bagi mereka untuk terus melakukan yang benar. Namun, jika penghormatan diberikan kepada orang yang bebal, itu justru dapat memperkuat kebodohan mereka. Orang bebal cenderung salah memahami penghormatan sebagai pembenaran atas perilaku mereka yang salah. Akibatnya, mereka merasa semakin bijak padahal sebenarnya mereka semakin jauh dari kebenaran. Kita juga harus waspada terhadap rasa hormat yang kita berikan kepada orang kaya yang hidupnya sembarangan. Kita ga boleh hormati orang karena hartanya tetapi kita harus hormati orang karena karakternya. Jangan hina orang miskin yang kelakuannya bersih. Jangan hormati orang kaya yang hidupnya serong. Kita harus tepat dalam memberi rasa hormat.


Saudaraku, bagaimana sikap kita seharusnya? Kita diajarkan untuk tetap rendah hati, berhikmat, dan tidak terburu-buru memberi penghormatan. Jangan sampai kita memuliakan sesuatu yang salah atau mendukung tindakan yang keliru. Kita harus belajar membedakan siapa yang layak menerima penghormatan dan siapa yang membutuhkan teguran dalam kasih. Ini bukan berarti kita tidak menghormati sesama manusia, tetapi penghormatan yang sejati harus dibarengi dengan kebijaksanaan. Dalam hidup ini kita dipanggil untuk memberi hormat kepada Tuhan dan kepada mereka yang layak menerimanya. Namun, mari kita berhati-hati agar tidak memberi hormat yang salah kepada orang yang salah. Kita perlu memiliki hikmat Tuhan agar dapat memilih sikap yang benar.


Puji Tuhan, hari ini kita belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu:

1. Saya mau berhikmat dalam memberikan penghormatan hanya kepada orang yang layak.

2. Saya tidak akan memberikan penghormatan yang dapat memperkuat kesalahan atau kebodohan.

3. Saya mau terus belajar rendah hati dan bijaksana dalam menghargai orang lain.


Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita menjadi pribadi yang bijaksana dalam segala sikap dan tindakan. Amin. 😊🙏


Kutipan:

"Penghormatan yang diberikan tanpa hikmat bukanlah kemuliaan, melainkan sebuah bahaya."


20-01-2025

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN

KEPEMIMPINAN YANG MEMBAWA BERKAT