KEBIJAKSANAAN DALAM PUJIAN

(Amsal 25:27) Tidaklah baik makan banyak madu; sebab itu biarlah jarang kata-kata pujianmu.


Shalom, Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan. Kiranya kasih karunia Tuhan selalu menyertai hidup kita.


Saudaraku, madu adalah sesuatu yang manis dan lezat, namun Alkitab mengingatkan kita bahwa terlalu banyak madu dapat menjadi tidak baik bagi tubuh. Prinsip ini juga berlaku dalam kehidupan kita, terutama mengenai pujian. Pujian itu baik dan menyenangkan, tetapi jika terlalu banyak diberikan atau diterima, itu bisa menjadi berbahaya. Mengapa kita perlu bijaksana dalam memuji dan menerima pujian? Pujian yang berlebihan dapat melahirkan kesombongan. Ketika kita terlalu sering menerima atau memberi pujian, kita mungkin menjadi sombong atau membesarkan ego orang lain. Pujian yang tidak tulus atau berlebihan dapat menyesatkan dan membuat seseorang merasa lebih tinggi dari yang seharusnya. Lalu, pujian yang berlebihan dapat kehilangan maknanya. Seperti madu yang terasa enak hanya dalam jumlah yang cukup, pujian juga memiliki nilai ketika diberikan dengan tepat. Jika terlalu sering dipuji, seseorang mungkin tidak lagi menghargai pujian itu, bahkan bisa menjadi kebal terhadapnya.


Saudaraku, kita juga harus berhati-hati sebab pujian bisa menjadi alat manipulasi.

Pujian yang berlebihan sering kali digunakan untuk tujuan manipulasi. Kita perlu berhati-hati agar pujian yang kita berikan bukanlah untuk mendapatkan sesuatu, melainkan untuk membangun dan memotivasi dengan tulus. Bagaimana kita bersikap bijaksana terhadap pujian? Berikan pujian dengan tulus. Pujian yang baik adalah yang tulus dan spesifik. Fokuslah pada tindakan atau sifat yang benar-benar layak untuk dihargai. Kita pun nda boleh mencari pujian. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk mencari pengakuan dari manusia. Dalam Matius 6:1, Yesus mengingatkan kita agar tidak melakukan perbuatan baik hanya untuk dilihat orang lain. Fokuslah pada kehendak Tuhan. Ingatlah bahwa pujian tertinggi harus diberikan kepada Tuhan. Apa pun yang kita capai atau lakukan, semua itu berasal dari anugerah-Nya semata.


Saudaraku, ada seorang pelayan Tuhan yang selalu dipuji karena khotbahnya yang luar biasa. Namun, ia tetap rendah hati dan selalu mengarahkan pujian itu kepada Tuhan. Ketika ditanya tentang kesuksesannya, ia menjawab, "Semua ini adalah karya Tuhan, dan saya hanyalah alat di tangan-Nya." Sikap seperti ini mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam pujian manusia, tetapi tetap mengutamakan kemuliaan Tuhan. Saya pun punya murid yang pintar dan rajin. Dia bagus dalam memainkan keyboard. Ketika saya tanya, kenapa Kaka Kerin bisa mainkan keyboard dengan bagus? Dia menjawab, karena Tuhan yang beri kemampuan. Saya puji murid, tapi murid memuji Tuhan. Ini hebat sekali. Akhir kata, mari kita belajar untuk bijaksana dalam memberikan dan menerima pujian. Jangan biarkan pujian menjadi alat untuk membanggakan diri, tetapi gunakanlah untuk membangun dan memuliakan Tuhan.


Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu 

1. Saya ingin memuji orang dan memastikan pujian itu membangun, bukan sekadar basa-basi.

2. Saya akan menerima pujian lalu mengarahkan kembali kemuliaan kepada Tuhan, karena Dialah sumber segala sesuatu.

3. Saya mau menghargai setiap pencapaian tanpa menjadi sombong atau terlalu memikirkan pengakuan dari orang lain.

Tuhan Yesus menolong kita.. Amin.. 😃😇😊


Kutipan

Hati yang bijak tahu kapan harus memuji, dan jiwa yang rendah hati tahu bagaimana menerima pujian tanpa tergoda oleh kesombongan.


11-01-2025

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN

KEPEMIMPINAN YANG MEMBAWA BERKAT