DAMPAK PERKATAAN YANG MENYAKITKAN
(Amsal 27:15) "Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan."
Shalom, Saudaraku... Semoga damai Tuhan menyertai kita semua.
Saudaraku, ayat ini memberikan gambaran yang sangat jelas tentang bagaimana perkataan yang penuh pertengkaran dapat membawa ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tetesan air hujan yang terus-menerus menitik tanpa henti, pertengkaran yang tiada akhir dapat mengganggu kedamaian dan membawa kelelahan bagi orang-orang di sekitarnya. Bukan hanya dalam rumah tangga, tetapi juga dalam berbagai hubungan, kata-kata yang tajam dan penuh amarah dapat merusak keharmonisan. Kita harus bisa menguasai diri. Jangan sembarangan dalam bicara. Ingat, kita harus berpikir dulu sebelum berbicara, berpikir dahulu sebelum bertindak. 1 atau 2 tindakan yang menyakitkan bisa memudarkan 100 kebaikan yang kita lakukan. Maka kita harus bisa mengendalikan diri agar tidak menyakiti orang lain.
Saudaraku, kata-kata memiliki kekuatan yang besar. Firman Tuhan mengajarkan bahwa lidah dapat membawa kehidupan atau kehancuran. Seorang istri yang suka bertengkar, seperti yang digambarkan dalam ayat ini, bukan hanya merusak ketenangan dalam rumah tangga tetapi juga bisa memadamkan sukacita yang ada. Namun, ayat ini bukan hanya peringatan bagi istri, tetapi bagi setiap kita yang terkadang membiarkan amarah dan emosi menguasai perkataan kita. Berkata kasar atau kotor itu mudah tetapi memulihkan hubungan yang telah rusak itu sangatlah sulit. Sama halnya seperti membangun suatu gedung yang besar butuh waktu bertahun-tahun tetapi hanya butuh waktu 1 hari untuk menghancurkannya, entah itu menggunakan rudal atau adanya gempa bumi. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk berbicara dengan kasih dan hikmat agar setiap perkataan yang keluar dari mulut kita dapat membawa damai, bukan pertikaian.
Saudaraku, mari kita renungkan: Apakah perkataan kita lebih sering membawa damai atau justru memicu pertengkaran? Apakah kita sudah belajar mengendalikan emosi sebelum berbicara? Mungkin kita pernah mengatakan sesuatu yang menyakitkan tanpa sadar, atau kita pernah mengalami pertengkaran yang sebenarnya bisa dihindari jika kita memilih untuk diam atau berbicara dengan lembut. Tuhan ingin kita membangun hubungan yang harmonis, baik dalam keluarga maupun dalam pergaulan. Saya sendiri pernah merasakan bagaimana perkataan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kesalahpahaman dan merusak hubungan yang berharga. Dari situ, saya belajar bahwa diam dan mengendalikan diri sering kali lebih berharga daripada memenangkan perdebatan. Kita juga harus memperhatikan intonasi suara kita dan wajah kita. Jangan bicara dengan intonasi yang tinggi sambil wajah yang menunjukkan kekesalan. Hal itu bisa memicu pertengkaran. Kita harus berhikmat saat berbicara.
Puji Tuhan, hari ini kita belajar 3 hal:
1⃣. Saya mau menggunakan perkataan saya untuk membangun, bukan untuk menghancurkan.
2⃣. Saya mau belajar mengendalikan emosi sebelum berbicara.
3⃣. Saya mau membawa damai dalam setiap hubungan saya dengan orang lain.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk memiliki hati yang penuh kasih dan hikmat dalam setiap perkataan kita. Amin. 🙏😊
Kutipan:
"Perkataan yang penuh kasih membawa damai, tetapi perkataan yang penuh amarah membawa kehancuran."
23-02-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar