HATI YANG TERLUKA
(Amsal 27:3) “Batu adalah berat dan pasirpun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh.”
Shalom, Saudaraku... Apa kabarnya hari ini? Kiranya kasih dan damai Tuhan selalu menyertai kita dalam setiap langkah hidup kita.
Saudaraku, ayat ini mengingatkan kita bahwa ada beban yang lebih berat daripada batu dan pasir, yaitu sakit hati akibat perlakuan orang yang tidak bijaksana. Orang bodoh sering bertindak tanpa pertimbangan, berkata-kata tanpa berpikir, dan bersikap tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain. Ini bisa melukai hati kita, membuat kita marah, kecewa, dan bahkan menyimpan kepahitan. Namun kita harus sadar bahwa kita tidak perlu sakit hati, tidak perlu menyimpan kepahitan terhadap orang yang bodoh. Saat kita berinteraksi dengan anak kecil usia 4 bulan, kita pasti suka bicara dengan bayi ini, memanggil namanya dan bermain dengannya. Namun bayi ini tidak bisa menyapa kita, ingat nama kita pun tidak. Bayi ini belum bisa menghormati kita. Bahkan kalau kita gendong bayi, dia bisa pipis atau pup di celana sehingga mengotori diri kita. Namun, apakah kita sakit hati? Tentu tidak, karena kita mengerti bahwa dia masih bayi, masih belum mengerti banyak hal. Kita akan memaklumi hal itu. Demikian juga kalau kita berhadapan dengan orang bodoh, kita harus mengerti bahwa dia tidak bisa berlaku benar sehingga kita tidak perlu sakit hati. Sederhananya, anggap saja dia seperti bayi yang belum mengerti sehingga kita tidak terlalu ambil pusing.
Saudaraku, mungkin kita pernah mengalami situasi di mana seseorang bersikap tidak adil, berkata kasar, atau bertindak tanpa memikirkan perasaan kita. Ketika kita menyimpan luka hati, beban itu bisa menjadi lebih berat daripada masalah fisik yang kita hadapi. Sakit hati dapat menguras energi, mengganggu kedamaian, dan bahkan menghambat hubungan kita dengan Tuhan. Sakit hati membuat kita alami kegalauan dan bikin kita tidak produktif. Sungguh rugi kalau kita terlalu dominan dalam perasaaan negatif dan membiarkan sakit hati terpelihara di dalam hidup ini. Jangan, jangan biarkan hal mengotori dan mencemari diri kita. Kita tidak boleh biarkan sakit hati. Coba ingat-ingat lagi, apa momen yang pernah bikin kita sakit hati, apakah saat dihina, direndahkan atau dikhianati? Mulai sekarang, mohonlah kepada TUHAN agar ia mengampuni kita dan orang tersebut, minta damai sejahtera dari TUHAN memerintah atas hati kita dan tinggalkan sakit hati yang selama ini membebani. Kita harus bebas dari cengkeraman si jahat.
Saudaraku, Firman Tuhan mengajarkan bahwa daripada menyimpan sakit hati, lebih baik kita melepaskan pengampunan dan menyerahkan segala beban kepada Tuhan. Ketika kita belajar mengampuni, kita bukan hanya membebaskan orang lain, tetapi juga membebaskan diri kita sendiri. Saya juga belajar dari pengalaman pribadi. Terkadang, saya merasa sulit melepaskan sakit hati ketika diperlakukan dengan tidak adil. Namun, ketika saya berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan, saya merasakan kelegaan yang luar biasa. Tuhan memberikan damai sejahtera yang jauh lebih berharga daripada beban kepahitan yang saya pikul. Saya bahkan memberi hadiah untuk orang yang hendak menjatuhkan saya. Kalau pun ada orang yang mau memusuhi saya atau merencanakan hal buruk terhadap saya, maka saya tidak mau balas dendam. Saya mau berbuat baik sebagaimana Kristus yang mengampuni orang berdosa, hina dan bernoda seperti saya.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu:
1. Saya mau belajar mengampuni dan tidak menyimpan kepahitan dalam hati.
2. Saya mau menyerahkan segala sakit hati kepada Tuhan, karena hanya Dia yang dapat memberikan kelegaan.
3. Saya mau menjaga hati agar tetap dipenuhi kasih dan damai sejahtera Tuhan.
Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita untuk selalu hidup dalam kasih dan melepaskan pengampunan kepada sesama. Amin. ππ
Kutipan:
"Melepaskan pengampunan bukan berarti membenarkan kesalahan orang lain, tetapi membebaskan hati kita dari beban yang berat."
11-02-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar