KEBAIKAN YANG PALSU
(Amsal 26:23) “Seperti pecahan periuk bersalutkan perak, demikianlah bibir manis dengan hati jahat.”
Shalom, Saudaraku... Apa kabarnya hari ini? Kiranya kasih dan damai Tuhan selalu menyertai kita dalam setiap langkah hidup kita.
Saudaraku, ayat ini mengajarkan kita tentang bahaya kepalsuan dalam perkataan dan hati. Seperti pecahan periuk yang dilapisi perak, seseorang bisa tampak baik dan manis dalam perkataannya, tetapi di dalam hatinya penuh niat jahat. Oiya, perlu kita ketahui bahwa periuk itu panci ya. Kata periuk tidak biasa kita sebut tapi kalau kita denger panci, kita bisa bayangin barangnya. Jadi, periuk itu panci. Nah, kembali ke makna rohaninya,orang seperti ini bisa berpura-pura peduli, tetapi sebenarnya menyimpan maksud tersembunyi. Banyak orang punya hati yang hancur tetapi tindakannya seolah-olah baik dan manis. Ini sangat berbahaya sebab cepat atau lambat, ia akan berkhianat dan menyakiti orang lain. Hal ini sangat amat perlu diwaspadai. Kita tidak boleh terbuai dengan buaya darat, dengan panci pecah yang dilapisi perak. Kita tidak boleh terseret dalam tipu daya orang yang hatinya penuh kejahatan tapi disalut dengan tindakan yang nampak manis. Kita harus waspada dan hati-hati.
Saudaraku, mari kita renungkan: Apakah kita pernah menemui orang yang berbicara manis tetapi tidak tulus? Atau lebih penting lagi, apakah kita sendiri pernah berbicara dengan maksud tersembunyi? Tuhan ingin kita memiliki hati yang murni dan perkataan yang jujur. Lebih baik berbicara dengan tulus walaupun sederhana, daripada berbicara manis tetapi penuh kepalsuan. Kita tidak boleh jadi orang yang suka pakai topeng. Kita harus tanggalkan topeng itu dan berani tampilkan wajah kita yang asli. Artinya, kita tidak boleh berbohong. Hati dan tindakan kita harus sejalan. Kalau hati kita busuk, mari akui dosa kita, minta belas kasih TUHAN dan minta pengampunan dari TUHAN. Jangan kita memakai topeng dengan berprilaku manis padahal menyiapkan skenario jahat dan merugikan terhadap orang lain.
Saudaraku, saya juga belajar dari pengalaman pribadi. Ada saat di mana saya tergoda untuk menyenangkan orang lain dengan kata-kata yang baik, tetapi tidak sungguh-sungguh dari hati. Namun, saya sadar bahwa Tuhan melihat hati kita lebih dari sekadar perkataan kita. Dia ingin kita menjadi pribadi yang tulus, bukan sekadar berpura-pura baik di luar. Kita harus belajar untuk menjadi utuh dan asli, jangan menjadi orang yang palsu. Latihlah diri ini untuk memuji orang lain dengan hati yang tulus, bukan untuk mencari muka atau imbalan dari orang lain. Kita harus melatih kemurnian hati dengan memohon agar Roh Kudus mengisi hati dan pikiran kita. Ya, kita harus terus bergantung kepada tuntunan TUHAN. Minta TUHAN ambil alih hidup kita terutama hati dan pikiran sehingga apa yang keluar dari mulut kita adalah murni dari hati kita yang utuh. Kalau kita sedang remuk dan hancur hati, mari datang kepada TUHAN supaya kita tidak usah berpura-pura dengan tindakan yang nampaknya baik padahal dalamnya hancur. TUHAN mau benahi, TUHAN mau perbaiki, TUHAN mau perbarui. Mari kita terima kasih TUHAN.
Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu:
1. Saya mau berkata jujur dan tidak berpura-pura demi keuntungan pribadi.
2. Saya mau memiliki hati yang tulus, agar perkataan saya juga mencerminkan kebaikan yang sejati.
3. Saya mau meminta hikmat Tuhan agar menjadi pribadi yang jujur dan penuh kasih dalam perkataan dan perbuatan.
Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk hidup dengan ketulusan dan menjauhkan diri dari kepalsuan. Amin. ππ
Kutipan:
"Kebaikan sejati berasal dari hati yang tulus, bukan sekadar dari kata-kata yang manis."
03-02-2025
Rialdi Pasaribu
Komentar
Posting Komentar