MENAJAMKAN KARAKTER MELALUI SESAMA

(Amsal 27:17) "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."


Shalom, Saudaraku... Semoga damai Tuhan menyertai kita semua.


Saudaraku, ayat ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya hubungan dengan sesama dalam pertumbuhan karakter dan iman. Seperti besi yang menajamkan besi lainnya melalui gesekan, manusia juga diproses dan dibentuk melalui interaksi dengan orang lain. Hubungan dengan sesama bisa menjadi alat Tuhan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengalami gesekan dengan orang lain—entah dalam keluarga, pekerjaan, atau pelayanan. Ada orang yang memberi dukungan dan dorongan, tetapi ada juga yang menantang dan menguji kesabaran kita. Semua ini bukan kebetulan, tetapi merupakan cara Tuhan untuk menajamkan karakter kita. Terkadang, perbedaan pendapat atau konflik justru menjadi sarana bagi kita untuk belajar tentang kesabaran, pengampunan, dan kasih yang lebih dalam. Kita harus bisa melihat segala sesuatu dengan prinsip APBN, yaitu Ambil Positif Buang Negatif.


Saudaraku, daripada menghindari gesekan atau merasa kesal terhadap orang-orang yang berbeda pandangan dengan kita, marilah kita melihat mereka sebagai alat Tuhan dalam pertumbuhan kita. Kita juga dipanggil untuk menjadi "besi" bagi orang lain—mengasah, membangun, dan membantu mereka bertumbuh dalam iman dan karakter. Kita bisa menjadi berkat dengan memberi nasihat yang baik, mengingatkan dalam kasih, serta mendukung satu sama lain dalam perjalanan hidup ini. Ketika ada orang yang memberi kritik atau bahkan hinaan kepada kita, maka kita punya kesempatan untuk menerima itu dengan sikap positif. Kita tidak berusaha untuk balas dendam dan mencari kesalahan orang lain untuk menjatuhkannya. Melalui kritikan pedas atau hinaan, kita justru dilatih untuk sabar bahkan introspeksi diri. Siapa tau hinaan orang itu ada benarnya meski disampaikan dengan motivasi yang jahat. Kita harus melihat sesama bahkan musuh sebagai pribadi yang mengasah karakter kita menjadi lebih baik lagi.


Saudaraku, mari kita renungkan: Apakah kita sudah menjadi "besi" yang menajamkan sesama? Ataukah kita justru menjadi batu sandungan bagi mereka? Saya pribadi pernah mengalami saat di mana kritik atau teguran dari teman terasa menyakitkan, tetapi setelah merenungkannya, saya menyadari bahwa itu adalah cara Tuhan untuk membentuk saya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, saya belajar untuk lebih terbuka terhadap masukan dan juga lebih bijak dalam memberikan nasihat kepada orang lain. Saya tidak mau menutup diri dari masukan. Saya mau membuka hati saya, merelakan hati saya untuk dibentuk dengan keras dan tegas. Memang awalnya mendatangkan kepedihan atau bahkan bikin terkejut tetapi mental kita makin matang ketika tekanan datang menerpa. Kita harus tetap kuat, tabah dan sabar. Kita harus makin bertumbuh ketika ada besi yang menajamkan diri kita.


Puji Tuhan, hari ini kita belajar 3 hal:

1⃣. Saya mau menerima setiap gesekan dalam hubungan dengan sesama sebagai sarana pertumbuhan karakter.

2⃣. Saya mau menjadi pribadi yang membangun dan menajamkan orang lain dengan kasih dan hikmat.

3⃣. Saya mau bersyukur atas setiap orang yang Tuhan tempatkan dalam hidup saya, baik yang mendukung maupun yang menantang saya.

Kiranya Tuhan menolong kita untuk menjadi pribadi yang menajamkan dan membangun sesama, sehingga kita semua semakin serupa dengan Kristus. Amin. 🙏😊


Kutipan: 

"Gesekan dalam hubungan bukanlah untuk melukai, tetapi untuk menajamkan kita menjadi lebih baik."


25-02-2025

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN

KEPEMIMPINAN YANG MEMBAWA BERKAT