TEGURAN DARI SAHABAT SEJATI

(Amsal 27:6) "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah."


Shalom, Saudaraku... Tuhan Yesus selalu baik, teramat baik dan sangat amat baik.


Saudaraku, firman Tuhan hari ini mengajarkan tentang perbedaan antara sahabat sejati dan musuh yang tersembunyi. Sahabat yang sejati tidak selalu berkata manis, tetapi ia berani menegur kita ketika kita salah. Sebaliknya, musuh yang berpura-pura sebagai teman justru bisa menjerumuskan kita dengan kata-kata manis yang menipu. Kita harus punya daya untuk memilah mana yang sejati dan mana yang palsu. Kita juga tidak boleh anti dengan teguran yang keras. Terlalu banyak menerima yang manis itu bahaya. Kalau kita cuma ingin dengar pujian dan dukungan, maka kita akan “sakit.” Ya, ibarat orang yang banyak makan makanan manis, itu bisa bikin diabetes dan banyak orang menderita, sengsara bahkan harus meninggal karena diabetes. Itulah bahayanya kalau terlalu banyak asupan yang manis. Kita harus seimbang. Artinya, kita juga mau terbuka terhadap teguran yang pahit, asam dan asin. Kita harus kecap itu semua sebab ada khasiat yang besar dan penting dalam teguran yang keras namun jujur.


Saudaraku, sering kali, kita lebih suka mendengar pujian daripada kritik. Namun, apakah pujian itu membawa kita ke arah yang benar? Ada orang yang terus-menerus memberikan kata-kata manis, tetapi sebenarnya tidak peduli dengan kesejahteraan kita. Sebaliknya, ada sahabat yang mungkin menegur kita dengan keras, tetapi itu adalah tanda kasihnya agar kita tidak jatuh ke dalam kesalahan. Kita harus bisa merasakan maksud hati orang lain, bukan hanya sekadar mendengar kata-katanya yang manis. Kata-kata yang keras sering kali mengandung kebenaran yang bisa membangun diri kita menjadi versi yang lebih baik. Oleh sebab itu kita harus bisa menerapkan prinsip APBN alias Ambil Positif Buang Negatif. Kita harus bertumbuh dalam teguran, kritikan dan masukan yang membangun.


Saudaraku, saya juga mengevaluasi diri saya pribadi. Ada saat di mana saya lebih memilih mendengar kata-kata yang menyenangkan daripada menerima teguran yang jujur. Namun, ketika saya merenungkan kembali, saya sadar bahwa teguran dari sahabat sejati justru menjadi pelajaran berharga yang membentuk karakter saya. Bahkan kalau saya renungkan, pujian itu mudah sekali terlupakan sedangkan teguran itu bisa membekas di hati dan pikiran selama bertahun-tahun lamanya. Efek dari teguran jauh lebih berdampak besar ketimbang pujian. Maka kita harus gunakan kesempatan ditegur sebagai momen memperbaiki diri semakin baik lagi. Jangan malah sakit hati atau tawar hati. Jangan kepahitan ketika kita ditegur. Belajarlah untuk merefleksikan kekurangan dan keterbatasan diri kita supaya setiap teguran menjadi mutiara berharga dalam diri kita. 


Puji Tuhan, hari ini kita sudah belajar dan mau menerapkan 3 hal, yaitu:

1. Saya mau belajar menghargai sahabat sejati yang berani menegur saya dengan kasih.

2. Saya mau berhati-hati terhadap orang yang hanya memberi pujian tanpa ketulusan.

3. Saya mau menjadi sahabat yang baik dengan menegur dalam kasih, bukan menjatuhkan.

Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita untuk menjadi sahabat yang baik dan memiliki hikmat dalam menerima serta memberikan teguran. Amin. 🙏😊


Kutipan:

"Teguran dari sahabat sejati lebih berharga daripada pujian dari musuh yang tersembunyi."


14-02-2025

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN

KEPEMIMPINAN YANG MEMBAWA BERKAT