PEMERINTAH YANG KEJAM



(Amsal 28:15) "Seperti singa yang meraung atau beruang yang menyerbu, demikianlah orang fasik yang memerintah rakyat yang lemah."


Shalom, Saudaraku... Tuhan Yesus selalu mengasihi kita dengan cinta dan sayang-Nya yang besar.


Saudaraku, ayat ini menggambarkan betapa mengerikannya seorang pemimpin yang fasik. Ia diibaratkan seperti singa yang meraung dan beruang yang menyerbu—buas, menakutkan, dan siap menerkam siapa saja yang lemah. Pemimpin seperti ini tidak memimpin dengan kasih dan keadilan, tetapi dengan kekejaman dan ketidakpedulian terhadap rakyatnya. Dalam sejarah, kita bisa melihat banyak contoh penguasa yang menindas rakyatnya demi kepentingan pribadi. Mereka memerintah dengan ketakutan, bukan dengan hikmat. Sebaliknya, Tuhan menghendaki agar pemimpin adalah seorang yang penuh kasih dan takut akan Tuhan, yang mengayomi dan melindungi rakyatnya.


Saudaraku, kepemimpinan bukan hanya berlaku bagi raja atau penguasa negara. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua memiliki peran kepemimpinan, baik sebagai orang tua, atasan di tempat kerja, guru, atau bahkan dalam komunitas kecil. Pertanyaannya, apakah kita memimpin dengan hikmat dan kasih, atau dengan sikap otoriter dan menekan? Kita boleh tegas bahkan marah tetapi kita harus membalut itu semua dengan hikmat dan kasih. Kita tidak boleh tegas karena benci kepada orang atau marah karena ingin balas dendam. Kita harus memimpin dengan kasih yang besar, yang murni dan tulus.


Saudaraku, mari kita renungkan: Apakah saya sudah menjadi pemimpin yang bijaksana dan penuh kasih? Ataukah saya tanpa sadar telah bersikap otoriter dan menindas mereka yang lebih lemah? Saya pribadi belajar bahwa pemimpin yang takut akan Tuhan akan membawa kedamaian bagi orang-orang di sekitarnya. Kita bisa lihat contoh dari tokoh publik di Indonesia, yaitu Pak Ahok. Beliau tegas dan suka marah tetapi beliau lakukan itu semua dengan balutan hikmat dan kasih. Semuanya dilakukan dengan benar dan hati yang murni sehingga ia berani menegor banyak orang yang menyimpang dan membongkar penyimpangan. Ini yang perlu kita tiru. Sedangkan pemimpin yang hanya menghukum secara membabi buta, asal ambil keputusan dan tidak berakal budi adalah suatu kepedihan dan kesedihan bagi banyak orang.


Puji Tuhan, hari ini kita belajar 3 hal:

1⃣. Saya mau belajar menjadi pemimpin yang adil dan peduli terhadap orang lain.

2⃣. Saya menolak segala bentuk kepemimpinan yang menindas dan menyalahgunakan kekuasaan.

3⃣. Saya percaya bahwa pemimpin yang takut akan Tuhan akan membawa berkat bagi banyak orang.

Kiranya Tuhan menolong kita untuk menjadi pemimpin yang berhikmat dan berbelas kasih. Amin. 🙏😊


Kutipan:

"Kepemimpinan sejati bukan tentang kekuatan untuk menekan, tetapi tentang hikmat untuk melayani."


20-03-2025

Rialdi Pasaribu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JANGAN SUKA NIMBRUNG URUSAN ORANG LAIN

Keuntungan Hidup

RENDAH HATI DALAM KEBAIKAN